"Gam, gimana? Skala udah berhasil menang. Lo jadi bantu Skala nyelidikin dia, kan?" tanya Sastra pada Gamma yang baru saja bergabung duduk di sofa.
Gamma yang sedang menyeka keringat menggunakan handuk kecil seketika menoleh dengan alis terangkat. "Ngapain gue harus ikut bantu? Gak penting."
Gemuruh yang kebetulan ada di sana berdecak. "Lo udah pernah bilang, kalau Skala menang pertarungan lo bakal ikut bantuin dia."
Gamma mengernyit, menatap Skala yang juga hadir di sana sedang mengobrol dengan si kembar. Gadis itu juga sempat mendengar percakapan para pemuda itu.
"Gue emang pernah bilang gitu sama lo?" tanya Gamma pada Skala.
Skala terlihat berpikir. Beberapa detik setelahnya ia menggeleng. "Waktu itu lo bilangnya, lo mau bantu gue asal kita duel dulu. Kalau gue menang lo mau bantu."
Mendengar penjelasan dari gadis itu, para pria di sana menggelengkan kepalanya seraya menghela napas pasrah.
"Kalau kayak gitu, ya, udah jelas. Bang Gamma pasti menang," ujar Analogi dibalas anggukan yang lain. Skala mengernyit. Kenapa seolah meremehkan dirinya?
"Skill dia udah jauh di atas Skala. Bukan gue meremehkan, tapi itu kemarin Bang Gemuruh aja kalah sama dia," timpal Anatomi seperti paham dengan kebingungan Skala.
"Gak boleh gitu. Siapa tahu Skala bisa kalahin Gamma. Kita belum lihat, dan dia belum coba. Semua pasti bisa terjadi," ucap Gemuruh netral, dibalas anggukan setuju Sastra dan Guntur.
"Coba saja dulu." Guntur ikut mengajukan.
"Gimana? Mau?" tawar Sastra pada Skala.
Tanpa pikir panjang Skala mengangguk. "Boleh, kapan?"
Para pria di sana lantas bertepuk tangan seraya berteriak heboh. Sebuah bentuk apresiasi atas keberanian gadis itu yang langsung menerima ajakan tanpa ragu.
Gamma diam-diam tersenyum miring. Menatap Skala begitu lamat. Tepukan pada bahunya menyadarkan pria itu atas apa yang telah ia lakukan. Cih, untuk apa ia terus memandangi wajah gadis itu!
"Kapan, bro?" tanya Gemuruh.
"Sekarang?" balas Gamma tenang.
"ANJIR ANJIRRR!!"
Teriakan heboh itu kembali terdengar. Skala sampai dibuat menggeleng. Padahal ini hanya tarung biasa. Tapi hebohnya mereka seperti akan ada pertarungan penting saja.
Dan lagi, Gamma sepertinya masih punya dendam tersendiri pada dirinya. Lihat saja, bertarung pun dilakukan secara mendadak. Seolah tidak memberikan Skala celah untuk berlatih.
Meskipun di mulut Skala menerima ajakan itu tanpa pikir panjang. Namun, jauh dilubuk hatinya ia cemas bukan main. Skala tidak bodoh. Yang akan ia hadapi sekarang adalah bukan pria yang bisa dianggap remeh. Ini seorang Gamma. Pria sekelas Sky yang katanya ketua dari kumpulan ini setelah Starga. Ah, Skala jadi penasaran dengan rupa pria misterius itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHERLOCK
Teen Fiction[HARAP FOLLOW DULU, SEBELUM MEMBACA!] || END ... "Bangun, bisu!" "Bego, kena bola sedikit aja pake segala nangis." "Tatap mata gue sekarang, cewek bisu." "Sialan, lo gak mau lihat gue hah?!" "Jangan berpura-pura bisu atau gue potong lidah lo se...