Sherlock-21

49.5K 5.5K 232
                                    

HAPPY READING!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

HAPPY READING!
.
.

Beberapa bulan kemudian.

Starga yang sedang menghadap ke arah jendela langsung berbalik. Ia bisa merasakan bahwa gadis itu akan segera sadar.

Benar, Jemari lentik itu mulai bergerak. Mata indah itu terbuka dengan perlahan. Mengerjap menyesuaikan cahaya yang begitu menyilaukan pandangan. Pening, buram, dan sunyi, adalah tiga hal sambutan yang bisa ia rasakan saat ini.

Starga segera menekan tombol di samping ranjang. Lalu duduk dengan tenang di kursi. Tangannya terulur menggenggam tangan yang begitu dingin di depannya. Seulas senyum terpatri di bibirnya. Penantiannya sudah di depan mata.

"Permisi Tuan."

Seorang pria berperawakan dewasa muncul, berpakaian serba putih dengan tas khusus di tangannya. Membungkuk memberi hormat pada Starga.

"Masuk," ucap Starga dan berdiri. Melangkah mundur memberi ruang untuk sang dokter memeriksa keadaan Skala. Gadis yang tengah berbaring dan sudah sepenuhnya membuka mata. Menatap sekelilingnya dengan ekspresi tak terbaca.

Selang beberapa menit, Dokter tersebut berbalik dan menghadap Starga. Ia tersenyum.

"Sudah tiba, Tuan. Nona Skala sudah sadar, pulih sepenuhnya. Hanya saja perlu menyesuaikan keadaan. Jangan terlalu mengajaknya berpikir, benturan beberapa bulan lalu masih bisa kembali terbuka dan akan sedikit menyakitkan jika dia berpikir terlalu keras. Saya sarankan juga, untuk beberapa minggu ke depan Nona memakai kursi roda terlebih dahulu. Saraf ditubuhnya masih belum siap untuk bergerak dan perlu beberapa minggu untuk menyesuaikan."

Starga menepuk bahu sang dokter tanda mengerti. Dokter tersebut segera pamit.

Pandangan Starga kini mengarah pada perempuan yang berbaring di ranjang dengan wajah kebingungan yang kentara. Starga duduk di kursi dengan tenang. Tersenyum ke arah Skala.

Mata Skala mengerjap, kembali menatap pria di sampingnya dengan kening mengerut. "D-dokter?" cicitnya lemah begitu pelan.

Starga melunturkan senyumnya. Ia melupakan satu hal. Kembali terlempar pada sebuah kenyataan. Namun ia harus kembali bersabar. Penantian yang ia tunggu sudah tiba. Tidak boleh membuang kesempatan. Starga harus bisa lebih memanfaatkan waktu.

"Gimana keadaan kamu? Ada yang sakit?" tanyanya. Dengan penuh perhatian membantu Skala minum terlebih dahulu. Ia seolah bisa merasakan tenggorokan gadis itu yang kering.

Skala menggeleng. Bibir pucatnya terbuka hendak mengatakan sesuatu. Namun kembali rapat seolah mengurungkan diri.

"Katakan saja," ucap Starga peka.

Skala menggigit bibir bawahnya. "Saya koma? Dan dokter yang selama ini menjaga saya?" tebak Skala menatap Starga ragu.

Starga mengangguk. "Hampir tiga bulan kamu koma, dan saya yang merawat kamu. Melihat kamu sadar sekarang saya cukup senang dan lega."

"Untuk sekarang, kamu akan tinggal di sini. Apa kamu tidak keberatan?" tanya Starga menatap Skala penuh harap. Bagaimanapun juga ia tetap harus meminta persetujuan gadis itu.

Skala semakin kebingungan. Kenapa ia bisa bersama dokter Starga? Apalagi mereka tidak dekat. Dan apa ini? Dia meminta untuk dirinya tinggal sementara di sini? Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa Skala seolah merasa dekat dengan pemuda tersebut?

Terlebih, kamar ini. Kamar yang sekarang Skala tempati. Kenapa desainnya seolah ditujukan untuk Skala? Banyak foto dia dan adiknya terpajang di sekeliling kamar. Seolah sudah dipersiapkan dari lama.

"Ah lupakan, sekarang kamu istirahat. Saya harus pergi, nanti akan ada asisten saya yang menjaga kamu. Kalo kamu membutuhkan sesuatu, katakan saja padanya."

Skala hanya bisa mengangguk di tengah kebingungan. Setelah Starga menghilang dibalik pintu, Ezz asistennya datang. Pria itu menatap Skala dan menganggukkan kepala menyapanya.

"Jika butuh sesuatu panggil saya, Nona."

Skala tersenyum kecil. "Boleh aku bertanya?"

"Tentu saja."

"Kenapa Dokter Starga bawa aku ke sini? Merawat selama ini. Dari koma, sampai aku bangun. Apa kamu tahu alasannya?"

Dengan tatapan datarnya Ezz menggeleng. "Saya tidak berhak menjawabnya. Anda boleh menanyakan hal ini pada Tuan Starga langsung."

Ya, jawaban yang mengecewakan hingga Skala menghela napasnya.

"Lagipula, untuk sekarang lebih baik Anda banyak beristirahat. Jangan terlalu banyak berpikir. Pedulikan kesehatan Anda yang utama, Nona."

Skala mengangguk sekilas, memejamkan matanya. Melupakan sejenak segala pertanyaan yang bersarang diotaknya. Ia ingin tidur, dan saat bangun semuanya sudah baik-baik saja.

Sedikit tidak percaya rasanya. Kejadian saat itu rupanya tidak membuat Skala kehilangan nyawanya. Ia masih bisa bernapas. Ia masih bisa melihat dunia di sekitarnya.

Kenapa? Kenapa Tuhan belum mengijinkan Skala pergi? Padahal Skala sudah lelah.

...

"Sharing, jangan lari!"

"Ayo kejar Shasa, abang!"

"Kaki kamu masih sakit, jangan lari-lari!"

"Gak sakit, Sasha udah sembuh. Hahaha ... Abang gak bisa kejar Shasa, yeee Sasha menanggg!"

Pemuda itu terkejut melihat arah berlari si kecil yang menuju ke jalan besar. Di mana banyak kendaraan berlalu-lalang.

"Sharing, berhenti, ada mobil!"

Tiinnn!

Brak.

"SHARING!"

Mata pemuda itu terbuka sepenuhnya. Napasnya memburu, keringat membasahi pelipisnya. Matanya mengedar, ia sedang berbaring di kamarnya.

Sial, mimpi itu lagi.

Matanya beralih pada sosok gadis kecil yang berbaring di sampingnya. Meringkuk memeluk tangannya begitu erat. Wajah polosnya membuat pria itu tidak tega untuk membangunkan adiknya.

Lebih lama memandang wajahnya adalah yang ia lakukan setelahnya. Mengelus pipi gembul yang terdapat bekas luka itu dengan lembut.

Betapa jahatnya ia dulu, mengabaikan gadis kecil menggemaskan seperti dia. Bukan, ia tidak membeci anak kecil ini. Ia hanya tidak suka berurusan dengan wanita dewasa yang sialnya adalah ibu kandungnya. Ia hanya menjauh dari segala apapun tentang ibunya.

Kini, semenjak mimpi itu terus datang menghantui tidurnya. Hubungan dengan adiknya sudah mulai membaik, ia sudah bisa menerima kehadirannya.

Hanya satu yang belum bisa menenangkan hatinya.

Gadis itu, si cewek bisu yang sudah lama menghilang. Apakah dia baik-baik saja?

...

Lama update pasti lupa alur, ngaku🙏

SHERLOCKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang