"Ini tempatnya?" tanya Gemuruh, menatap bangunan di depannya dengan kening mengernyit.
"Sesuai alamat, sih, ya tempatnya di sini." Resume mencocokkan gambar yang terpampang di layar.
"Dari luar keliatan sepi, tapi gue yakin di dalem sana udah rame banyak orang yang ngejaga ketat tempat ini." Sastra bersuara.
"Dia pasti udah tahu kita bakal ke sini," ucap Skala. Melihat pagar yang seperti sengaja sudah terbuka, memberikan mereka akses untuk masuk.
"Ayo masuk, gue udah gak sabar." Analogi dengan semangat maju, namun kerah bajunya ditarik Guntur. Membuat pria itu kembali mundur.
"Jangan gegabah, bocah!"
Analogi mendelik. Seenak jidat mengatainya bocah! Gini-gini ia juga sudah tahu tata cara membuat anak. Eh ya kok jadi ngawur? Skip-skip.
"Yang berdiri paling depan siapa?" tanya Anatomi.
"Gue," jawab Skala.
"Gak! Lo di belakang gue, gue yang paling depan." Sastra menyangkal.
Begitu Skala menatapnya tidak terima. Sastra menghampiri gadis itu, menyentil keningnya. "Lo cewek, kita yang harus lindungin lo. Simpan tenaga lo buat lawan si Dragon aja."
Skala mendengus. Namun ia tetap menurut.
Sastra memberi intruksi untuk maju. Pria itu berdiri paling depan, diikuti Skala, si kembar, Guntur dan terakhir Gemuruh.
"Keren banget nih tempat," celetuk Analogi seraya berjalan. Menatap gedung tua di depannya dengan pandangan menarik.
"Eh, woi!"
Mereka terlonjak kaget mendengar teriakan dari belakang. Serempak semuanya menoleh ke sumber suara.
Mematung.
Skala terpaku, menatap satu objek di sana. Di antara deretan beberapa pria berdiri. Mata Skala terpaku pada satu objek bertubuh paling tinggi, tegap dan menyeramkan.
Tatapan mata itu, kembali menyapanya. Wajahnya mulai pucat pasi, sama seperti sosok manusia yang sedang ia tatap.
Kenapa secepat ini?
"Eh, Skala?" Salah satu dari mereka terkejut. Ah tidak, semuanya. Mereka semua terkejut bukan main melihat perempuan yang selama ini dikabarkan menghilang bagai ditelan bumi mendadak muncul secara tiba-tiba di hadapan mereka.
"L-lo?"
Dor!
Suara tembakan itu menyadarkan mereka pada situasi mencekam. Di depan gedung sana para pria berpakaian hitam sudah berlarian ke arah mereka. Skala memejamkan matanya. Mencoba menepis wajah manusia sialan itu. Ia berusaha untuk fokus. Untuk kali ini dirinya tidak boleh lemah.
"Lo kenal mereka?" tanya Sastra menunjuk ke belakang.
"Gak penting, fokus kita sekarang lawan musuh."
KAMU SEDANG MEMBACA
SHERLOCK
Teen Fiction[HARAP FOLLOW DULU, SEBELUM MEMBACA!] || END ... "Bangun, bisu!" "Bego, kena bola sedikit aja pake segala nangis." "Tatap mata gue sekarang, cewek bisu." "Sialan, lo gak mau lihat gue hah?!" "Jangan berpura-pura bisu atau gue potong lidah lo se...