1. Meet

37.5K 743 0
                                    

Terbaring telentang di ranjang dengan nafas teratur dan pandangan yang menatap lurus ke plafon kamar, pria itu sedang berkelana dengan alam pikirannya.

Tok tok 🚪

Pintu kamarnya diketuk, tapi pria itu seolah sudah menyelam jauh ke dasar imajinasinya.

"Ar.."

Tidak ada jawaban.

"Ar?!" Sedikit menaikkan volume suaranya. Pria itu tersentak.

"Hmm."

"Aku berangkat. Makanan mu di atas meja. Habiskan sebelum pergi! Aku tidak mau mendapat panggilan darurat dari tetangga mu dan mendapati kau sekarat untuk ketiga kalinya!"

Wanita itu menatap kesal wajah Arion yang tersenyum seolah tanpa beban. Ia bangkit dan berjalan menuju wanita yang sedang berdiri di pintu kamarnya.

"Iya kakak ku sayang. Hati-hati kerjanya."

Arion merangkul pundak kakaknya dan mengecup pipi kiri wanita yang tak lebih tinggi darinya.

*

*

*

Arion POV

Si cerewet baru saja pergi. Namanya Sarah. Dia adalah kakak kandung ku, lebih tua 3 tahun. Sarah seorang perawat di sebuah rumah sakit. Statusnya sudah menikah dan memiliki 2 orang anak yang keduanya laki-laki.

Haris si anak sulung yang sifatnya sangat-sangat pendiam. Sementara Hans, jangan ditanya. Kemarin Hans memecahkan patung ombak yang terbuat dari kaca. Patung kesayangan Sarah yang dibelikan suaminya dari California dan merupakan hasil karya seni Paul DeSomma dan Marsha Blaker.

Aku menarik knop pintu kamar dan menutupnya, menuju meja makan untuk menghabiskan makanan yang sudah disediakan Sarah. Ini adalah kewajiban, atau aku akan habis-habisan diomelin. Sebenarnya telinga ku sudah kebal dengan omelannya yang mungkin durasinya sampai berjam-jam. Ia bisa diundang untuk jadi pembicaraan di radio selama 2 jam tanpa henti.

Tapi aku menyukai itu. Aku menyukai ia yang terus memarahi ku, menandakan ia terus memperhatikan ku.

Selama 32 tahun hidup, seluruhnya hampir ku habiskan bersamanya. Bukan tinggal serumah, tapi lebih seperti menghabiskan hari-hari bersama. Aku punya apartemen pribadi. Tapi kemarin aku sedang menginap di rumahnya.

Dua tuyul di rumah ini sedang berada di sekolah. Maka sekarang aku sendirian. Jackson, suami Sarah, juga sedang berada di kantor.

Jika kalian bertanya kenapa aku berada di rumah, dan bukannya bekerja atau melakukan sesuatu yang menghasilkan uang? Tenang saja, uang ku tak kan habis. Bahkan hanya dengan bernafas pun aku sudah menghasilkan uang.

Wanita? Aku memiliki banyak wanita di klub malam yang bersedia melemparkan tubuh mereka secara suka rela. Mereka akan dengan senang hati membuka lebar paha mereka untuk memuaskan hasrat ku.

Sejujurnya aku sedikit muak dengan kehidupan yang tak terurus seperti ini. Tapi aku juga tidak suka terikat dengan suatu hubungan. Aku lebih suka menghabiskan malam bersama wanita-wanita penghibur. Tentu saja menggunakan pengaman.

Dan Sarah, dia sebenarnya sudah lelah mengingatkan ku. Tapi ia tetap mendukung apapun itu, selagi hal tersebut membuat ku bahagia dan tidak mencelakai siapapun.

Tepat gigitan terakhir di sandwich keju sarapan ku, layar ponsel ku berkedip di atas meja. Hanya menatap sesaat nama yang ada di layar, aku tak berniat mengangkat panggilan itu. Panggilan dari salah satu wanita penghibur yang sangat tidak penting.

We Shouldn't... [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang