14. Demon is Coming

6.7K 410 0
                                    

5 bulan kemudian..

Arion sedang memimpin rapat bersama para pemegang saham. Jika seperti ini, semua wanita bisa tergila-gila dengan aura kharismatik nya.

"Saya harap kita dapat bekerja sama agar perusahaan kita bisa maju bersama."

Arion menjabat tangan para kliennya. Senyum tak pudar dari wajahnya. Hampir 2 jam ia harus menguras energi untuk ini.

Para klien sudah mulai membubarkan diri. Arion masih membereskan peralatannya. Meskipun ada Riana, ia terbiasa merapikan barang-barangnya sendiri.

"Apa kabar, dude?"

Zach juga ikut rapat itu. Arion terkejut mendapati Zach di sana.

"Not bad but not good." Arion mengangkat sebelah pundaknya.

Mereka berjalan beriringan memasuki ruangan Arion.

"Bagaimana honeymoon mu? Apakah ada kendala?" Arion meletakkan laptop dan berkas yang ia bawa di atas meja yang pernah ia pakai untuk bercinta.

"Yah begitulah. Sebenarnya kami sudah kembali beberapa bulan lalu, tapi aku tidak tega meninggalkan Eva yang sedang moody-an. Terkadang ia meminta sate. Saat ku tanya apa itu sate, dia bilang itu makanan khas Indonesia."

Arion tersenyum mendengar cerita Zach.

"Pernah juga satu malam, dia tiba-tiba menangis. Aku tersentak, ku kira dia kenapa-kenapa. Ternyata dia hanya ingin tidur ku peluk. Aku benar-benar sakit kepala."

Arion lagi-lagi hanya tersenyum tipis menanggapi cerita Zach. Ponsel Zach berdering di saku jasnya. Pria itu nampak tersenyum sesaat lalu mengangkat panggilan tersebut dengan senyum yang tak pudar dari wajahnya.

Sementara Arion sibuk dengan berkas-berkas di mejanya. Ia sedang mengerjakan proyek besar sejak kembali dari Indonesia, membuat dirinya benar-benar sibuk.

Arion belum kembali ke apartemennya. Ia biasanya akan tidur di mansion atau hotel. Pria itu hanya tidak ingin di sana untuk sementara waktu.

"Kau sibuk?" Tanya Zach saat sudah selesai menerima teleponnya.

Arion tak menjawab. Ia merasa tak perlu menjawab pertanyaan yang jawabannya sudah jelas.

"Eva mengundang mu untuk makan makan malam."

"Terimakasih untuk undangannya, Zach. Tapi aku sedang sangat sibuk."

"Oh ayo lah, A."

"Tidak."

Zach terdiam seperti sedang memikirkan sesuatu. Tiba-tiba ia teringat.

"Kau dan si gadis pesta? Maksud ku, siapa namanya? Ahh.. Aku lupa. Dia sahabat Eva." Zach mencoba mengingat nama gadis itu.

"Siapa yang kau maksud?" Arion menyelesaikan pekerjaannya. Berkas-berkas itu sudah kembali disusun rapih.

"Aku tidak ingat namanya. Oh sebentar, aku akan telepon Eva dan menanyakan namanya."

Zach menatap layar ponselnya. Sementara Arion bangkit dari duduknya dan berjalan meninggalkan Zach di sana.

"A! A!! Kau mau kemana?"

"Bersenang-senang."

Arion tak memperdulikan panggilan Zach. Ia terus berjalan. Riana menunduk takut. Sudah beberapa bulan ini Bos nya benar-benar tidak bisa diprediksi. Dari dulu juga sudah menakutkan, tapi sekarang lebih parah.

Ia sampai di depan lobby. Kevin dengan sigap membuka pintu untuk Arion.

"Pulang lah. Hari ini aku akan menyetir sendiri."

We Shouldn't... [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang