30. Approval

5.4K 323 2
                                    

Natasha POV

Soekarno Hatta International Airport.

Aku benar-benar tidak bisa menganggap ucapan Arion sebagai becanda. Ia benar-benar membawa ku pulang ke Indonesia setelah aku melarikan diri 5 hari di NY.

Sekarang kami sudah sampai di rumah. Dan yang lebih mengejutkan, Ibu ku sudah kembali bersama Mas Nizam dan Mbak Tia, anak dari Bude ku yang ada di Surabaya.

Mas dan Mbak ku sedikit tau berbahasa Inggris. Mereka ngobrol bersama Arion dan terkadang tertawa. Aku tidak tau mereka berbicara apa di ruang tamu. Aku dan Ibu ku di dapur. Bencana.

"Ibu."

"Ada apa, sayang?"

Aku menutup hidung agar tidak mual.

"Bisa kita bicara sebentar? Penting."

Ibu ku meninggalkan bahan-bahan yang sedang di rajang. Mengikuti ku ke kamarnya yang berada sedikit jauh dari ruang tamu. Kami duduk di tepi ranjang Ibu.

"Ada apa nak?"

"Bu. Aku.. Aku.. Arion.."

Ibu menangkup kedua tangan ku.

"Ibu tau."

Aku mengangkat wajah ku menatap Ibu. Tanpa ku duga, Ibu mengelus perut ku yang masih rata. Membuat ku seketika menangis. Ibu memeluk ku dengan lembut. Aku tau kalau Ibu juga menangis.

"Maafkan aku Bu. Maafkan Nata."

Ibu mengelus punggung ku dengan lembut.

"Ibu mau marah juga percuma kan? Dia sudah ada di sini. Dan pria itu juga siap bertanggung jawab. Jadi tidak ada yang harus Ibu marahi. Tapi Ibu tetap kecewa sama kamu."

Aku tidak bisa mengatakan apapun. Hanya bisa menangis di pelukan Ibu ku. Jujur saja, Ibu ku saat ini sedikit bau bawang. Tapi itu tak membuat ku mual.

Aku menarik diri ku. Menghapus air mata yang sedari tadi membasahi pipi ku. Ibu juga menghapus air mata ku.

"Sudah. Jangan menangis. Ibu hamil tidak boleh sering menangis." Ibu ku masih menghapus air mata ku.

Ucapan Ibu membuat ku jadi terkekeh di sela tangisan ku. Aku menatap mata coklat Ibu. Ada kesedihan, kekecewaan dan juga kebahagiaan di sana. Sekali lagi aku memeluk Ibu ku.

"Ibu tau dari mana?" Tanya ku setelah bisa menguasai diri ku.

Ibu bangkit dari duduknya. Membuka laci meja kecil di dekat pintu, meraih sesuatu dan memberikannya pada ku. Aku menerima kertas tersebut dan membukanya.

Aku tak bisa menyembunyikan raut keterkejutan ku karena ini surat hasil pemeriksaan dokter dan foto USG seminggu lalu.

"Kalau seminggu lalu kamu ada di rumah, Ibu bakal jewer kamu habis-habisan. Bisa-bisanya anak ini berbuat hal seperti itu diluar nikah."

Aku tidak tau harus tertawa atau menangis mendengar ucapan Ibu ku. Tapi yang kulakukan hanya memeluk Ibu ku dengan kertas dan foto di kedua tangan ku.

"Terima kasih Bu. Maafkan aku buat malu keluarga."

Ibu menyeka air mata ku lagi.

"Keluarga tidak ada yang tau. Hanya Ibu yang tau. Jadi kapan rencananya calon suami mu akan menikahi mu?"

Aku menatap pintu sejenak.

"Itu yang ingin kami bicarakan Bu."

"Ya sudah. Kalau begitu rapikan riasan wajah mu. Dia akan bertanya-tanya karena wajah mu sembab."

We Shouldn't... [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang