24. Gift

5.5K 356 1
                                    

Natasha POV

Taksi berhenti di depan sebuah rumah. Setelah membayar ongkos, aku turun. Aku tak tau sudah habis berapa uang ku untuk ini.

Pagarnya tak di kunci. Aku mendorong pagar besi itu. Suara gesekan besi terdengar sedikit membuat ku ngilu.

Dua pohon besar dengan daun berwarna merah yang berjatuhan memenuhi halaman. Rumah sederhana namun terlihat mewah karena tidak ada rumah lain di sekitar. Aku terus melangkah masuk.

Pintunya berderit saat ku buka. Aku berharap Arion duduk di sana. Tapi tidak ada siapa-siapa di dalam. Kursi dan meja masih tertutup kain putih dengan rapih.

Bolehkah aku menangis sekarang?

Tidak.

Aku belum menyerah. Kaki ku terus melangkah ke pintu belakang. Melewati dua pintu kamar, yang ruangannya cukup besar. Dapur dengan kitchen set minimalis lengkap.

Aku membuka pintu belakang.

Halaman luas yang ditutupi dedaunan yang berjatuhan itu kosong. Pandangan ku dihalangi sesuatu, lebih tepatnya seseorang yang berdiri hanya beberapa centimeter dari ku.

Aku mendongak, mencoba menembus sinar matahari yang menyilaukan mata untuk melihat orang itu. Ia sedikit menggeser kan kepalanya untuk menghalangi sinar matahari di wajah ku.

Menyesuaikan sekitar, aku melihatnya. Melihat pria yang ku cari.

"Kenapa begitu lama, sweety?"

Semuanya gelap.

*

*

*

Arion POV

Pagar besi itu berbunyi. Senyuman bodoh menghiasi wajah ku. Hampir sebulan aku membusuk di sini, hampir putus asa dan menduga bahwa gadis itu tak mengerti apa yang ku katakan pada surat itu.

Aku masih hidup, meskipun sempat mengalami masa kritis dua minggu. Bajingan yang mencoba membunuh ku sudah di penjara dan urusan ku dengannya belum selesai. Belum sampai salah satu diantara kami mati.

Ia memiliki dendam pada ku karena menghancurkan rumah tangganya 2 kali. Dari diagnosis dokter yang ku dengar, ia mengidap penyakit paranoid yang sudah parah. Ia selalu ketakutan saat melihat ku. Itu sebabnya ia ingin membunuh ku berulang kali, tapi saat berhadapan dengan ku, paranoid nya kambuh.

Keluarga barunya tinggal jauh dari New York. Berita yang ku dengar, mereka berada di Eropa. Mark dan Fred berhasil melacak mereka.

Langkah kaki itu semakin mendekati pintu belakang. Jantung ku berdebar membuat dada ku hampir meledak. Untuk pertama kali dalam hidup, aku merasakan hal seperti ini.

Pintu terbuka. Ia belum melihat ku, masih melihat halaman belakang yang kosong. Aku menggeser tubuh ku menghalangi pandangannya. Ia mendongak menatap ku, namun matanya tertutup karena sinar matahari. Sedikit memiringkan kepala, ia membuka matanya. Mata coklat yang selalu melihat ku sebagai Arion, bukan Luca.

"Kenapa begitu lama, sweety?"

Matanya membulat sempurna untuk sesaat. Ia pingsan. Aku dengan sigap menangkap tubuhnya.

Menggendongnya ala bridal dan membaringkannya di ranjang. Wajahnya lelah tapi masih terlihat seksi. Aku melihat ia masih menggunakan rok span ketat. Ini pakaian yang biasa ia gunakan ke kantor.

Aku meraih dan mencium kedua tangannya. Menarik selimut dan keluar dari kamar.

Kain putih di ruang tamu mulai ku buka. Debu beterbangan membuat ku beberapa kali terbatuk-batuk. Melipat kain putih itu dan meletakkan di keranjang yang ada di sudut ruangan. Rumah ini mewah di bagian interior, namun terlihat sederhana di luar.

We Shouldn't... [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang