Author POV
Setelah dua hari beristirahat total, Arion mendapat telepon dari Riana.
"Selamat pagi Tuan."
"Ada apa?"
"Pembangunan hotel di Indonesia sudah hampir rampung dan saya sudah mengatur keberangkatan anda untuk meninjau langsung lokasinya."
"Kapan?"
"Besok, Tuan. Pukul 9 pagi anda akan ke Indonesia."
*
*
*
Arion POV
Setelah menerima telepon dari Riana, aku benar-benar tidak berniat untuk melakukan apapun. Kemalasan menghampiri diriku begitu saja.
Indonesia.
Aku mencoba mengingat nama Negara itu. Rasanya tidak asing, aku tiba-tiba diserang demensia. Aku membuka google dan mengetik nama Negara itu. Belum membaca apapun di ponsel ku, pikiran ku dengan sangat baik mengingat kan pada gadis itu.
Benar.
Natasha.
Aku jadi bersemangat saat mengingat gadis itu. Menelepon Riana untuk mempercepat jadwal keberangkatan. Aku bangkit dari kasur dan mempersiapkan segalanya dengan cepat.
Tidak banyak yang ku bawa, hanya berkas-berkas penting yang sudah disiapkan Riana. Identitas yang selalu ku bawa kemanapun aku pergi. Aku sudah berada di pesawat pribadi dalam waktu 3 jam. Dan ini satu hari lebih cepat dari jadwal seharusnya.
Aku hanya meminta jadwal keberangkatan dipercepat.
———
Penerbangan yang melelahkan, aku segera menghentikan taksi dan menyuruh para pengawal ku ke hotel. Aku tidak berencana untuk ke hotel, tapi ke rumah gadis itu.
Dengan susah payah ku ingat nama sebuah jalan yang ia sebutkan dulu. Supir taksi itu sepertinya sudah berpengalaman dengan orang asing. Meskipun aku mengucapkan alamat gadis itu dengan aksen yang terdengar janggal, anehnya si bapak supir mengerti.
Dan di sini lah aku berdiri. Langit sudah cukup gelap. Menekan tombol bel di pagar rumahnya. Berdiri membelakangi rumah tersebut.
Suara pintu terbuka dan langkah mendekat, membuat ku berbalik badan.
*
*
*
Natasha POV
Suara bel pintu gerbang berbunyi.
"Nata. Sepertinya ada tamu di luar."
"Iya Bu. Biar aku aja yang buka."
Aku sudah pulih setelah beristirahat. Membuka pintu utama dan berjalan menuju gerbang. Aku melihat seorang pria berdiri membelakangi rumah. Saat semakin dekat, ia berbalik.
Ia berbalik badan namun seperti membalikkan dunia ku. Mata Hazel itu menatap ku lekat. Aku tersenyum tipis.
Mimpi lagi.
Tapi aku sedang tidak sakit. Aku membuka pagar, entah mimpi atau kenyataan, aku akan memastikannya.
Jarak kami berdiri hanya satu meter. Dia melangkah mendekat dan tanpa permisi ia memelukku. Seperti deja vu dalam mimpi, aku membiarkan ia melakukan itu.
Melepaskan pelukannya, ia mengangkat daguku. Nafasnya beraroma mint terasa sangat dekat dengan ku.
"Bagaimana kabar mu, Natasha?"
KAMU SEDANG MEMBACA
We Shouldn't... [END]
RomanceAku tidak akan menyakiti mu. Tidak akan pernah. ⚠️🔞 Mature Content 🔞⚠️ 21+ Start : 20 January 2022 Finish : 23 Februari 2022