Natasha POV
Aku tersentak bangun saat tak mendapati Arion. Melompat dari kasur, kepala ku sedikit pusing. Keluar kamar menuju ruang tamu, berharap dia ada di sana.
Tapi tidak.
Rasanya tubuh ku benar-benar tidak bertenaga. Aku terduduk di sofa ruang tamu. Baru ku sadari bahwa rumah ini benar-benar terasa kosong.
Aku kembali ke kamar, meraih ponsel dan mencoba menghubungi nomornya. Tapi ponsel baru itu bergetar di laci meja kamar ku.
Aku membuka laci itu, meraih ponselnya. Ada sebuah catatan kecil di bawahnya. Meraih kedua benda itu, aku duduk di tepi ranjang.
Aku penasaran dengan isi suratnya. Saat ku buka, sebuah foto polaroid seseorang membelakangi kamera. Aku yakin itu foto ku. Baju yang ku pakai saat kami sedang makan siang di hotel mewah.
Pesannya tak terlalu panjang. Aku mulai membaca isinya. Mencoba mengerti arti setiap kata yang ia tulis.
*
*
*
Arion POV
Sekali lagi aku menatap rumah itu. Menarik nafas dalam-dalam dan melangkah masuk ke mobil.
Kami sampai di bandara dan langsung menuju NY. Aku tidak tau seberapa lama penerbangan itu, tapi saat ku buka mata, aku sudah berada di US.
Aku tidak meninggalkan gadis ku begitu saja. Aku memberinya beberapa petunjuk, jika dia dapat memahami petunjuk itu aku akan sangat bersyukur. Tapi jika tidak, aku hanya bisa pasrah.
Aku menuju sebuah bangunan yang dulu ku sebut rumah. Keluar dari mobil SUV ku, aku berjalan masuk ke sana.
Pintu besar itu terbuka otomatis saat memindai mata ku. Sedikit terkejut karena ku pikir sensor mata ku sudah di hapus untuk akses masuk.
Ruang tamu yang luas itu dulu membuat mulut ku hampir robek karena senyum bahagia saat menyambut Xander pulang kerja.
Oke, aku akan memanggilnya Daddy untuk kali ini. Ruangan yang sepi membuat suara langkah ku terdengar nyaring.
"Tuan Muda."
Aku menoleh saat ada seseorang yang memanggil ku. Itu panggilan ku di rumah ini. Aku mendekatinya perlahan. Wanita yang dulu menjaga ku. Seorang ART yang melayani keluarga ini sudah puluhan tahun.
"Apa kabar, Tuan?"
Suaranya bergetar. Aku menatap matanya yang mulai tergenang air mata.
"Aku baik, *Zia."
Zia itu bukan namanya. Itu panggilan ku untuknya yang berarti Bibi dalam bahasa Italia.
Dia kini menangis tersedu melihat ku.
"Saya merasa sangat senang. Tuan Muda terlihat sangat tampan."
"Terima kasih, Zia. Apa Mommy ada di dalam?"
"Ada, Tuan Muda. Nyonya sedang berada di kamarnya."
"Baiklah. Terima kasih lagi, Zia. Aku pergi dulu."
Aku meninggalkannya di sana. Berjalan menaiki tangga yang berbentuk setengah lingkaran menuju lantai dua. Menyusuri sedikit lorong untuk sampai di kamar itu.
Kaki ku berhenti melangkah saat tersisa 3 langkah dari pintu. Aku menatap tangan ku yang kini gemetaran.
Bayangan masa lalu itu kembali. Di depan pintu ini aku melihat bajingan itu bercinta dengan jalang. Di depan pintu ini aku melihatnya mencekik ibu ku.
![](https://img.wattpad.com/cover/298887276-288-k937343.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
We Shouldn't... [END]
RomanceAku tidak akan menyakiti mu. Tidak akan pernah. ⚠️🔞 Mature Content 🔞⚠️ 21+ Start : 20 January 2022 Finish : 23 Februari 2022