35. Happy? [End]

12.8K 412 18
                                    

Natasha POV

Aku merasakan sisi kasur bergerak. Samar-samar ku dengar suara Arion sedang berbicara.

"Apa kamu sudah mencuci tangan dan kaki, Nick?"

"Sudah, Dad."

Ciuman menghujani wajah ku. Aku membuka mata sedikit, mengintip siapa pelakunya yang tentu saja Nicholas.

"Mommy.."

Aku tersenyum mendengar suaranya.

"Apa Mommy sakit? Kenapa memakai selimut di siang hari?"

Ia menatap ku heran. Aku menatap Arion, mencoba meminta tolong padanya. Arion ikut berbaring bersama di kasur.

"Mommy tidak sakit, Nick. Mommy hanya tidur siang." Sahut Arion, aku mengangguk setuju.

"Tapi kok pakai selimut?"

"Karena ruangannya dingin terkena AC."

"Benarkah begitu, Dad?" Ia berbalik menatap Arion.

"Tentu saja."

"Tapi aku tidak merasa dingin. Justru berkeringat." Ia menunjukkan kaosnya yang basah karena keringat.

"Kamu tadi lari-lari di luar." Ucap Arion merebahkan tubuhnya. Ia meraih remote tv di meja kecil sebelah kasur.

"Lari-lari?" Aku kini bertanya pada Nicholas. Yang ku tanya hanya nyengir.

"Mommy sudah bilang jangan lari-lari kan? Nanti lutut kamu luka lagi."

"I'm sorry, Mom."  Ia menunduk, menunjukkan penyesalan.

"Mommy maafkan. Tapi sekarang kamu harus kembali ke kamar dan ganti baju. Mommy akan memasak makan siang."

Ia kembali mengangkat wajahnya dan tersenyum lebar. Ia turun hampir melompat dan segera berhenti setelah aku meneriaki namanya.

Arion hanya tertawa melihat tingkah Nicholas. Setelah ia keluar, Arion mengunci pintu kamar supaya aku bisa keluar dari selimut.

"Kepala ku pusing menghadapinya, A."

Arion tertawa kecil. Aku bangkit menuju kamar mandi. Membersihkan diri dan segera menuju dapur dengan hanya menggunakan kaos milik Arion yang menutupi ku sampai paha.

———

Hari ini kami sudah punya janji dengan seorang dokter kandungan. Arion bilang bahwa dokter ini merupakan salah satu teman sekolahnya dulu. Entah sejak kapan aku jadi merasa cemburu.

Sepanjang pemeriksaan, wajah ku benar-benar masam. Dokter wanita itu sepertinya mengerti kondisi ku. Ia tidak menanggapi serius kecemburuan ku. Memang seharusnya begitu. Arion juga tidak dekat-dekat dengannya. Aku saja yang jadi cemburuan.

Alat USG bergerak di perut ku. Mata ku menatap layar monitor yang menampilkan gambar yang masih tak ku mengerti jika tidak dijelaskan.

Dari hasil pemeriksaan, dugaan ku benar. Senyum bahagia tak bisa ku tahan karena memang kami menunggu hal ini selama lebih dari 5 tahun.

"Usia kandungan sudah memasuki minggu ke 14."

"Thank you, doc."

Dokter cantik itu tersenyum ramah. Setelah selesai pemeriksaan, kami segera meninggalkan rumah sakit.

"Aku benar-benar tidak menyadari bahwa dia sudah ada beberapa bulan yang lalu."

Aku mengelus perut ku yang mulai sedikit membuncit.

We Shouldn't... [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang