26. Family

6.4K 367 1
                                    

Natasha POV

Salah satu keuntungan saat ini aku masih berada di NY yaitu, di dapur Arion tidak ada bawang.

Dan tidak ada apa-apa.

Aku terbangun saat jam digital di atas tv kamar menunjukkan angka 11 siang. Arion masih tertidur, jadi aku memilih untuk kembali membersihkan diri dan menuju dapur.

Memasak air untuk membuat kopi sachet yang ku bawa di tas ku. Aku ingin tertawa saat melihat itu. Kopi ini bukan untuk ku, tapi untuk Arion.

Aku memakai kemejanya yang menutup tubuhku sampai setengah paha. Beruntungnya pakaian dalam yang ku cuci tadi malam sudah kering, jadi aku memakainya sekarang.

Arion keluar dari kamar. Aku yakin ia belum cuci muka. Matanya terpejam satu dan tersenyum melihat ku.

"Selamat pagi." Sapanya.

Ia berdiri dibelakang ku, melingkarkan tangannya di pinggang ku dan menciumi pipi dan leher ku.

"Ini sudah tidak pagi."

Ia terkekeh membuat ku geli karena hembusan nafasnya di leher ku. Ia mengecup leher ku sekali lagi dan melepaskan pelukannya. Menatap gelas berisi kopi.

"Apa ini?"

"Kopi."

Ia meraih sendok dan menyuapkan ke mulutnya. Wajahnya sedikit berkerut merasakan rasa kopinya berbeda.

"Kamu masukin gula?"

Aku menggeleng.

"Kopinya memang sudah tercampur gula." Aku menunjukkan sachet kopi yang sudah kosong. Ia kembali menyendok kopi panas itu.

Bel pintu berbunyi.

"Kamu ke kamar aja. Biar aku yang buka pintu."

Arion berjalan ke arah pintu. Aku masuk ke kamar membawa gelas kopinya.

*

*

*

Arion POV

Aku menghampiri interkom yang menampilkan siapa yang datang.

Sarah dan dua tuyulnya.

Aku menekan tombol untuk membuka pintu secara otomatis.

"Come in."

Pintu terbuka.

"Hans, buka sepatu mu." Perintah Sarah pada bocah yang baru berulang tahun ke 7 seminggu lalu.

Haris masuk dengan santai. Ia memelukku sejenak dan duduk di salah satu sofa. Sementara adiknya langsung berlari ke arah ku dan melompat saat aku sedikit menekuk lutut untuk menyeimbangkan tingginya.

"Uncle A..!! I miss you."

Aku tertawa mendengar ucapannya yang sudah fasih. Sarah menuju dapur membawa beberapa bahan makanan. Aku tidak menghubunginya, tapi hari ini memang jadwalnya untuk datang karena ia sedang libur bekerja.

"A?" Sarah memanggil ku dari dapur.

"Hmm?"

Ia menunjukkan bungkus kopi Natasha. Hans ikut duduk di sofa bersama Haris. Aku menghampiri Sarah di dapur.

"Indonesia? Kau membawa kopi sachet dari sana?"

Belum pun aku menjawab, Sarah sudah menemukan tetesan kopi yang ku sendok tadi di atas meja. Ia menatap wastafel, tapi tempat itu masih kering.

"Apa kau menyembunyikan seseorang di sini?" Ia memiringkan kepalanya, menunjukkan wajah paling menyebalkan jika ia sudah penasaran.

"Tidak ku sembunyikan. Tapi dia sedang beristirahat di kamar."

We Shouldn't... [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang