(Andam's PoV)
*
*
*Aku jemput jam tujuh lebih lima belas, ya. Enggak pake ngaret.
Itu SMS Kanala. Dia benar-benar akan merampok Gema dan Yodha, nih? Ya, ampun. Anak ini benar-benar tidak tahu malu.
Aku beranjak keluar kamar untuk mencari Ayah. Rupanya, beliau sedang memangkasi rumput liar yang mulai meninggi di halaman samping. Sepoi angin senja menerpa wajah saat aku menghampirinya.
"Ayah." Kutepuk lembut bahu Ayah.
Pak Cakra tersayangku menoleh, beranjak agar kami bicara dengan sama-sama berdiri. "Hum?"
"Andam izin keluar malam ini, boleh? Sama Kanala. Mau ke Kedai Mi G&C." Kalau mau izin pergi ke Pak Cakra itu harus menyertakan lengkap tujuan dan bersama siapa.
"Boleh, boleh. Asal, pulangnya jangan kemaleman, ya. Enggak baik anak gadis keluyuran sampai larut."
"Siap, Komandan!" Aku memberi hormat kepada Ayah.
"Tumben mau keluar? Biasanya nolak mulu meski Kanala udah geger jemput kamu."
Aku meringis. "Tadi, tim sepak bola SMA kami menang. Nah, Kanala ngerampok Yodha dan Gema untuk makan di Kedai Mi G&C."
"Yodha? Gema?"
"Teman sekolah kami. Tetangganya Kanala juga."
Ayah mengangguk-angguk.
"Jadi enggak makan malam di rumah?"
Aku menggeleng. "Wong, mau makan mi, kok. Masa iya makan nasi dulu? Keburu kenyang entar."
"Ya, kan siapa tahu. Kebanyakan orang Indonesia kalau makan mi goreng tetep aja pake nasi."
Tawaku menyembur. Benar juga. Dulu pun saat aku masih bocah, setiap Ibu membawakam bekal mi goreng pasti ditambahi nasi.
"Untuk kali ini, Andam mau berada di jalan yang lurus. Tidak akan lagi mengisi piring makan dengan double carbo."
Kali ini, Ayah yang tertawa. "Bisa saja. Ya, sudah. Kamu siap-siap sana."
"Baik, Komandan!" Aku kembali memberi hormat kemudian beranjak. Sebelum bersiap-siap, lebih dulu aku menghangatkan sayur lodeh dan menggoreng tempe bacem untuk lauk tambahan makan malam Ayah.
***
Ketukan di pintu terdengar, menyusul sapaan Kanala.
"Andam, yuhu!"
Aku bergegas membuka pintu. Gadis itu berdiri dengan setelan celana jeans di bawah lutut, T-shirt yang terbungkus jaket katun dengan rits yang dibiarkan terbuka. Sablonan bergambar Tom and Jerry memenuhi permukaan bagian depan T-shirt berwarna pink muda.
Dari yang terlihat, Kanala tidak tampak membawa sepeda. Kalau tidak membawa kendaraan ... dia berencana jalan kaki ke sana?
"Kok, enggak bawa sepeda?"
"He he he. Enggak usah. Nanti kita dibonceng."
"Hah? Dibonceng siapa?"
Belum pula Kanala menjawab, dua orang yang tidak lagi tampak asing mengerem sepeda tepat di depan pagar. Seringai muncul saat aku menatap mereka.
"Ada tukang ojek, ngapain kita berlelah-lelah gowes?" Kanala menaikturunkan alis saat aku kembali menatapnya untuk meminta penjelasan.
"Bukannya Gema udah harus ada di kedai? Kok, dia malah ke sini?" Kerjaan Kanala pasti. Anak ini memang tidak tahu sungkan, deh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Leaf Letter
RomanceAndam kembali. Wanita itu memutuskan untuk menebus kerinduan sang ayah yang dia tinggalkan sepuluh tahun lalu. Kepulangannya ke rumah tempat dia tumbuh hingga usia 18 tahun membuka kembali memori lama. Dari dalam kotak berwarna merah keoranyean, An...