Surat 16

104 19 0
                                    

Proyek pembenahan kios Pak Cakra dimulai. Hari ini, Andam akan bertemu kembali dengan Yodha untuk membahas detail desain yang dia inginkan. Selain bergabung dengan tim channel YouTube Gema, Yodha pun memiliki beberapa pekerjaan, salah satunya tukang desain eksterior. Andam sendiri tidak menyangka kalau kawan lamanya memiliki bakat hebat seperti itu. Seingatnya dulu, Yodha tidak berbeda jauh dengan Kanala. Keduanya sering membolos untuk pelajaran-pelajaran tertentu. Anehnya, mereka bisa lulus dengan nilai yang baik.

Mereka janji bertemu di kios. Pak Cakra sedang tidak ada di sana karena memenuhi panggilan beberapa pelanggan di Gang Purnama I dan III terkait pengurusan taman rumah. Selagi menunggu, Andam menengok beberapa polibag tanaman yang berjejer rapi di beberapa spot. Ketika menemukan polibag-polibag berisi tanaman hias yang sakit, Andam memisahkannya, disertai sedikit rutukan.

"Bagaimana bisa Pak Cakra tak mengetahui ada tanaman yang sakit?"

Lima belas menit dirinya di sana telah berhasil memisahkan sepuluh polibag mawar dengan daun-daun yang sebagian besar berjamur, daun mengerut, dan berkutu putih. Mana jenis yang terserang merupakan mawar import Inggris lagi. Sayang sekali kalau dibiarkan mati. Andam akan membawanya pulang untuk diisolasi dan diobati agar tidak menyebar ke tanaman sehat di kios.

"Rajin amat, Bu."

Andam menengok ke belakang. Yodha berdiri di sana sambil menyilangkan kedua lengan di dada. Tampilannya sangat kasual dengan kemeja biru dongker polos berlengan pendek yang dimasukkan ke celana katun panjang yang semakin ke bawah semakin menyempit, tetapi cukup aman dan masih menyisa longgar.

"Sambil nunggu, alangkah baiknya melakukan sesuatu yang bermanfaat." Andam bangkit dari jongkok, menyeka kedua tangan ke bagian belakang celana, lalu menghampiri Yodha. "Yuk, ngobrol di pos."

Yodha mengangguk lalu mengikuti langkah Andam menuju bangunan permanen yang tidak begitu luas di mana tumpukan media tanam dan pupuk kandang diletakkan. Ada set meja dengan dua kursi yang saling berhadapan.

"Enggak ada apa-apa di sini, Yodh. Aku anggurin aja, ya?" Andam menyeringai.

"Santai. Bayarannya nanti aja kalau ke G&C." Yodha mengerling.

Andam terkekeh pelan. "Tetep, ya. Malak number one."

"Kalau ada kesempatan, kenapa enggak?"

Keduanya lantas duduk berhadapan untuk mendiskusikan proyek.

"Ini gambaran kasarnya. Untuk lebih detail, kamu bikinkan, ya." Andam menyerahkan selembar kertas berisi desain kasar perombakan kios yang sebagian akan dibuat lebih aestetik dan nyaman serta fotoable. "Nah, kalau ini untuk private garden di rumah." Andam menyerahkan lagi sslembar kertas.

Yodha menerima keduanya lalu mengamati baik-baik coretan kasar Andam yang ... ya, bisa dibilang sangat kurang bagus. Otaknya memang pandai secara akademik. Namun, urusan seni rupa, wanita itu kacau parah.

"Gambarmu enggak ada kemajuan amat, Ndam." Yodha bersungut.

Lagi-lagi Andam terkekeh. "Aku enggak bakat di bidang seni rupa, Yodh."

Yodha geleng-geleng frustrasi. "Oke, nanti aku pelajari. Kalau aku kasih tambahan ini dan itu, bagaimana?"

"Kami percayain ke kamu."

Meski Yodha, dulu, tidak begitu unggul dalam segi akademik, pria itu justru memiliki kelebihan di bidang seni. Selain jago berseni peran dan menggambar, dia juga memiliki suara bagus yang bisa membuat baper kaum Hawa di sekolah.

"So, hari ini kamu sibuk seharian di kios?"

Andam mengangguk. "Paling Ayah baru bisa kemari agak sorean atau menjelang toko tutup."

Leaf LetterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang