(Andam's PoV)
*
*
*
Jangan pulang duluan!
Pokoknya tungguin sampai aku dateng!
Awas aja kalau pulang duluan!SMS dari Kanala dipenuhi tanda seru. Ck ck ck. Lagi pula, siapa yang mau pulang duluan? Sementara dia sibuk melaksanakan lomba drama, aku justru sibuk berlatih beberapa materi untuk keperluan Jumbara nanti. Tentu saja otomatis aku terperangkap--masih, lebih tepatnya--di sekolah. Sekalian aku menunggu Sarah yang ikut meliput anak-anak Seni Peran berlomba di Gedung Kesenian Kabupaten. Kan, aku juga ingin lihat bagaimana aksi langsung Duo Tiang Listrik dan Si Boncel.
Hanya terpilih beberapa anggota untuk ikut Jumbara dari sekolah kami. Aku dan Mbak Anggun salah satunya. Meski Uda Ja'a bilang aku sudah dipastikan ikut kategori home stay, tetapi beliau tetap menganjurkan agar semuanya menguasai setiap materi yang dipertunjukkan. Kali-kali ada yang mendadak berhalangan saat hari H, masih ada anggota lain yang bisa meng-handle.
Agenda latihan Jumbara masih sama, masih dengan menggabung anak SMK sebelah. Rupanya, cowok bernama Jati kemarin itu menjadi utusan dari sekolah tersebut untuk berpartisipasi.
"Ndam, coba praktikin bikin tandu darurat sama Weny. Belum ada perwakilan dari kelas XI, nih." Uda Ja'a meminta. Dari kemarin, memang yang mendapat porsi membuat tandu darurat baru dari kelas XII.
"Siap, Komandan!" Weny memberi hormat.
Kami mengambil dua tongkat bambu berukuran 160 sentimeter, dua bambu seukuran 50 sentimeter, tali tambang kain berukuran dua meter lebih, dan mitela tiga lembar. Meski jarang membuatnya sendiri, aku cukup ingat karena pernah mempraktikan langsung dengan Sarah saat pelantikan junior setahun lalu.
Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan tandu darurat adalah ketahanan simpul tali yang digunakan untuk menopang tubuh pasien. Itu kenapa memakai tali tambang kain yang diameternya cukup tebal. Setiap simpul yang dibentuk harus mengikat kuat-kuat setiap tongkat agar tidak mudah terlepas. Biasanya, ada empat jenis simpul yang dipakai: simpul mati, simpul cincin, simpul palang, dan simpul jangkar.
Cukup repot berpasangan dengan Weny dalam hal ini. Gadis itu belum cukup mahir, meski tidak buruk. Ya, kalau dibandingkan dengan Sarah, jelas teman sebangkuku jauh lebih tanggap.
"Weny enggak bisa diharapkan bikin tandu." Uda Ja'a menepuk dahi, sedangkan Weny hanya meringis.
Tersinggung? Sepertinya tidak. Gadis itu sadar kalau ketangkasannya dalam membuat tandu tadi tak secepat progres bagianku.
"Kamu waktu itu bikin tandu sama siapa, Ndam? Bukan Weny, 'kan?"
Aku menggeleng sambil memberdirikan tandu darurat. "Sama Sarah, Da. Cuma, hari ini dia izin, 'kan? Lagi liputan di Gedung Kesenian Kabupaten."
"Buat jaga-jaga, nanti kamu praktikin lagi bikin tandu sama Sarah, ya, Ndam."
"Oke, Da." Aku mengacungkan ibu jari.
"Nah, tugasmu sekarang bantuin Jati dan timnya untuk bikin tandu darurat juga." Uda Ja'a menaikturunkan alis.
"Enggak sama Mbak Anggun? Kan, Mbak Anggun lebih jago."
"Anggun and The Gangs lagi memperagakan tanggap bencana."
Aku menoleh ke Jati. Cowok itu malah menyeringai.
"Ya, apa boleh buat."
Aku dan Weny, meski gadis ini masih keteteran, mengambil alih tugas untuk mengajari Jati dan kawan-kawannya membuat tandu darurat.
***
Masih belum ada tanda-tanda Si Boncel dan Duo Tiang Listrik akan segera datang. Meski sejak lima belas menit lalu, Kanala tak berhenti mengirim SMS agar aku menunggu. Ish! Sudah sangat sore ini. Kebangetan anak itu kalau sudah meminta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Leaf Letter
RomanceAndam kembali. Wanita itu memutuskan untuk menebus kerinduan sang ayah yang dia tinggalkan sepuluh tahun lalu. Kepulangannya ke rumah tempat dia tumbuh hingga usia 18 tahun membuka kembali memori lama. Dari dalam kotak berwarna merah keoranyean, An...