Surat 9

118 19 0
                                    

(Andam's PoV)
*
*
*

Agustus 2010

Ramai. Bulan Kemerdekaan selalu memberikan atmosfer tersendiri. Bukan hanya di sekolah, sampai ke pelosok-pelosok gang pun, euforianya tak ketinggalan. Dari kabar yang tersebar, warga Gang Purnama dari I sampai IV akan mengadakan lomba gabungan terkhusus merayakan Hari Kemerdekaan. Hadiah yang akan diberikan tidak lain berasal dari iuran warga. Belasan tahun tinggal di gang ini, baru tahun sekaranglah perayaan tujuh belasan memakai sistem gabungan. Biasanya hanya per gang. Mungkin biar lebih ramai plus hadiah yang diberikan lebih banyak. Anak-anak pun biar lebih antusias ikutan.

"Kamu mau ikutan enggak, Ndam?" Kanala bertanya setelah menyuap sesendok docang. Kami sedang di Kantin Oranye.

"Ikut, dong. Biar makin rame."

"Ada lomba khusus buat bapak-bapak juga tau. Pak Cakra ikutan enggak? Beliau kan suka ikut sepak bola, tuh."

Benar yang Kanala bilang. Pak Cakra-ku itu suka berpartisipasi dalam lomba sepak bola setiap tujuh belasan.

"Kayaknya, sih, ikut. Kamu tahulah bagaimana antusiasnya Pak Cakra itu dalam permainan sepak bola." Kusedot es teh manis yang menjadi teman makan siomayku hari ini.

"Kamu mau ikut apa?"

"Lari estafet, yuk? Berempat pas, nih."

Aku menengok ke arah samping kanan karena jawaban tadi bukan dari mulut Kanala, melainkan Gema. Cowok itu tampak bermandikan peluh. Tidak berbeda dengan Yodha. Mungkin keduanya baru selesai Penjaskes. Kalau tidak salah, hari ini memang jadwal Penjas anak XI IPA 4 dan XI IPS 1 yang merupakan kelas Yodha.

Yodha menyusul duduk di samping Kanala dan tanpa basa-basi menyedot milkshake cokelat gadis itu.

"Ish! Seenaknya nyomot!" Sebuah tepukan cukup keras bersarang di bahu Yodha.

Cowok itu mendengkus sambil mengelus bekas geplakan. "Tukang siksa dasar!"

"Ganti, ah! Udah bekas kamu, nih!" Kanala menyodorkan gelas berisi milkshake yang tadi disedot Yodha.

"Ogah!"

"Yodha!" Kanala menyarangkan cubitan sekarang. "Ganti enggak? Ganti enggak?"

"Iya, iya. Aku ganti, nih." Yodha beranjak untuk memesan milkshake pengganti.

"Emang ada lomba lari estafet juga?" Aku mengembalikan topik obrolan. Kasihan Gema. Penjelasannya tersela oleh keributan Kanala dan Yodha.

"Katanya, sih, ada." Gema beranjak, menghampiri pantry Kantin Oranye, lalu mengambil satu pipet plastik.

Lah? Ngapain dia cuma ambil pipet?

Setelah kembali, pipet tersebut masuk ke gelas es teh manisku. Tatapan kami bertemu saat aku hendak mempertanyakan kelakuannya.

"Minta." Dia menyengir lebar tanpa dosa.

"Pada enggak modal amat, sih, mereka." Kanala mendengkus, tampak masih kesal atas ulah Yodha yang seenaknya menyeruput milkshake dari pipet yang sama miliknya.

Ya, setidaknya Gema lebih sopan.

"Per apa?" Tandas juga siomay ini. Entah hanya perasaan atau memang porsinya agak banyak, ya? Padahal aku pesan dengan harga normal.

"Per grup." Gema kembali beranjak. Kali ini menghampiri pantry untuk memesan ketoprak.

"Enggak per gang?"

Leaf LetterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang