(Andam's PoV)
*
*
*
Selamat pagi
Sudah siap menjadi anak kelas XII?
Semoga hari-harimu selalu menyenangkan.
Bahagia selalu, Andam.Mr. Leaf
***
Mading-mading yang tersebar di beberapa spot koridor sudah dipenuhi puluhan murid saat aku, Kanala, dan Duo Tiang Listrik sampai. Mulai hari ini, kami bukan lagi murid kelas XI. Hari-hari menjadi kelas XII pun dimulai. Posisi yang akan membuat kami menjadi murid paling sibuk dari sebelumnya. Tidak ada waktu untuk bermain-main. Yang ada hanya usaha menaklukan soal-soal latihan menjelang Ujian Nasional.
"Ck ck ck. Aku paling males kalau harus jubel-jubelan begitu." Kanala yang berdiri di sampingku hanya bisa geleng-geleng.
"Mau taruhan?" Yodha mengacungkan telunjuk sembari mengerling.
"Dosa. Taruhan itu judi. Mau kamu masuk neraka? Ibadah masih bolong-bolong juga. Jangan nambahin list dosa kamu di Buku Kehidupan." Kanala menepuk jari telunjuk cowok jangkung di sampingnya.
"Yey! Menghina. Gini-gini enggak pernah telat lima waktu."
"Siapa yang bisa jamin?" Kanala masih mendebat.
"Enggak perlu juga aku koar-koar kalau lagi ibadah. Sombong namanya."
"Riya, Bego!" Kanala membenahi.
"Iya gitulah pokoknya."
"Kamu cek, gih, Gem. Kan, kamu jangkung. Bisa cek dari belakang." Aku menepuk bahu cowok di sampingku.
"Entar aja. Masih rame banget. Lagian, kelas juga masih ditutup. Santai."
Aku mencebik. Begitu langkah kami semakin dekat dengan mading di mana pemberitahuan pembagian kelas XII ditempel, aku menemukan Sarah yang baru keluar dari kerumunan.
"Sar, masih di IPA 3?" Aku menghampirinya. Siapa tahu kami masih sekelas.
Dia mengangguk. "Enggak dirombak total, kok. Cuma ambil enam per kelas terdahulu untuk masuk ke IPA 5."
"Kamu udah cek satu-satu?"
Dia kembali mengangguk. "Sayangnya, kita enggak sekelas lagi."
"Wait! Jadi, aku kelempar ke IPA 5?"
"Iya. Kamu, Dika, Selina, Arwan, sama Kinara di IPA 5."
Aku mengangguk-angguk. Kelas baru lagi. Adaptasi lagi. Cukup mengesalkan.
"Wah, aku di mana, ya? Semoga aja sekelas sama Andam." Gema mengelus-elus dagu.
"Kamu sekelas sama Andam. Di IPA 5 juga. Tadi aku lihat nama kamu di daftar anak kelas XII IPA 5."
"Yihuy!" Gema mengepalkan tangan ke udara. "Feeling-ku bener, 'kan? Kita sekelas." Cowok itu menaikturunkan alis, membuatku mencebik.
"Nasibku gimana, nih?" Kanala merangsek di antara puluhan murid yang masih berjejalan di depan mading. Rasa penasaran membuatnya tak peduli harus berdesakan.
"Aku punya firasat kalau kami bakalan sekelas di IPS 5." Yodha mengusap-usap dagu.
"Sesuai rundingan waktu itu, kamu duduk satu meja denganku, Andam." Gema merangkulku. Senyum jailnya muncul.
"Aku enggak merasa kalau aku sepakat dengan itu."
"Enggak boleh nolak. Entar aku kasih voucher makan mi susu gratis selama dua minggu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Leaf Letter
RomanceAndam kembali. Wanita itu memutuskan untuk menebus kerinduan sang ayah yang dia tinggalkan sepuluh tahun lalu. Kepulangannya ke rumah tempat dia tumbuh hingga usia 18 tahun membuka kembali memori lama. Dari dalam kotak berwarna merah keoranyean, An...