(Andam's PoV)
*
*
*
Aku menemukan sebatang Silverqueen ukuran kecil dan satu kotak susu warna biru 250 ml di atas meja kami."Widih! Ada yang punya penggemar rahasia, nih." Gema meneliti setiap sisi meja.
"Ngapain, sih?" Tingkahnya lebay sekali.
"Siapa tahu nemu surat cintah." Wajah Gema sangat menyebalkan saat mengucap kata 'cinta' dengan imbuhan 'h' di belakangnya.
"Bukan buat aku kali." Tentu saja aku tak ingin langsung mengklaim kalau dua benda yang menggiurkan itu untuk Andamuthi Cakralian. Kan, bisa saja untuk orang lain lalu salah meletakkan.
Tak berhenti hanya memeriksa sisi meja, Gema merogoh-rogoh kolong. Insting detektifnya sedang memancarkan radar.
"Oh?" Dia menatapku dengan ekspresi terkejut campur antusias. Lantas, tangannya yang sejak tadi merogoh-rogoh kolong pun keluar dengan sehelai daun ketapang menjelang kering.
Aku membelalak. "Mr. Leaf?"
"Hah?"
Aku mengambil daun tersebut dari tangan Gema. Beberapa baris kalimat tersimpan rapi di sana. Maksudku, bukan tulisannya yang rapi. Kalau untuk model tulisan ... ya, masih tak berubah. Masih sekacau surat daun pertama.
Selamat pagi.
Selamat bersenang-senang.
Tetap bahagia apa pun yang akan terjadi kepadamu.
Ah, kamu suka yang mana dari kedua hal yang hari ini ada di atas mejamu?Mr. Leaf
Tak ayal, senyum menjadi satu-satunya respons yang bisa aku perlihatkan.
"Ehem." Dehaman Gema mengembalikan kesadaran. "Siapa? Secret admirer, ya?" Dia melongok ke arah surat daun.
"Entahlah." Kutatap cokelat dan susu di atas meja. Dia double memberi surat hari ini. Aku yakin sekarang kalau Mr. Leaf memang benar anak sini, tapi siapa? Anak kelas mana?
"Hebat juga ada yang naksir kamu." Gema menyangga satu tangan lalu mengelus-elus dagu.
"Populer, kan, aku?" Alisku naik turun.
Dia berdecak.
Mengabaikan wajah malas Gema, aku menaruh tas di kursi lantas menghempaskan tubuh ke atasnya. Bergegas membuka buku teks dan latihan Fisika untuk mengecek kembali PR yang dua hari lalu Bu Tias berikan. Seperti biasa, tanpa tahu malu, teman semeja melirik-lirik hasil pekerjaanku.
"Belum selesai?"
Dia menggeleng sambil menyeringai. Wajah-wajah tukang minta sontekan.
"Aku bukan tukang hibah."
"Ajarin, elah. Enggak mau nyontek juga." Tatapan tak terimanya muncul.
"Sini." Kutarik bukunya agar lebih mendekat lantas mulai menerangkan soal-soal latihan mengenai Listrik Statis dan Dinamis.
Sebenarnya, kami saling menguntungkan. Jika aku menjadi guru privat Gema perihal Fisika dan Kimia, maka Gema menjadi guru privatku perihal Bahasa Inggris dan Matematika. Kami menerapkan dengan baik apa itu simbiosis mutualisme. He he he.
***
Sambil mencubiti dagu, Kanala tampak memikirkan sesuatu begitu aku menyerahkan surat, susu, dan cokelat yang tadi pagi tergeletak di atas meja. Sementara Yodha bersedekap sambil mengamati ketiga benda yang berjejer di hadapannya. Kami sedang di Kantin Oranye, tepatnya di meja depan kios batagor dan siomay.
KAMU SEDANG MEMBACA
Leaf Letter
RomanceAndam kembali. Wanita itu memutuskan untuk menebus kerinduan sang ayah yang dia tinggalkan sepuluh tahun lalu. Kepulangannya ke rumah tempat dia tumbuh hingga usia 18 tahun membuka kembali memori lama. Dari dalam kotak berwarna merah keoranyean, An...