Aku bersiap berangkat sekolah. Kali ini diantar Bapak. Katanya Bapak mau beli pakan buat burung beo kesayangannya. Aku menunggu di teras depan sambil mengintip apakah Leo sudah berangkat ke sekolah atau belum.
"Leeeooo.." teriakku dari teras depan rumahnya. Tidak ada jawaban. Mungkin dia sudah berangkat lebih dulu.
Bapak mengeluarkan motor dan berangkat mengantarku ke sekolah.
"Pak, turunin di pinggir situ aja. Ada temen Juni lagi jalan." Aku menepuk-nepuk bahu Bapak agar berhenti dan meminggirkan motornya.
Serena langsung terkejut ada aku di sebelahnya. Ia menganggukkan kepalanya dan mencium tangan Bapakku. Aku dan Serena berjalan ke sekolah bersama.
"Gimana, Jun, buku harian lo udah ketemu belum?" Tanya Serena.
"Belum, nggak ada di rumah," jawabku sambil mengangkat kedua bahu.
"Kok lo tenang-tenang aja? Nggak takut ada yang baca?" Serena mencemaskanku.
"Nggak sih. Asal yang nemu bukan Leo aja. Lagian isi diary gue kebanyakan keluhan gue tentang Gapreters sama Bang Jan aja kok." Jelasku.
Aku berjalan menaiki tangga menuju kelasku. Tiba-tiba lengan seseorang melingkari leherku seperti sedang mencekik. Dengan cepat aku mendorong siku kananku ke belakang dan cekikan itu mulai merenggang.
Tidak heran lagi, itu semua adalah perbuatan Jansen. Anak berkacamata tebal yang gemar menonton bokep hobi sekali menjahiliku.
"Sakit bego!" Gertak Jansen sambil mengelus perutnya.
"Lo yang mulai duluan juga!" Kataku yang nggak mau disalahkan.
"Hai, Jun. Hai, Ser." Sapa Indra dari bawah tangga.
Aku melambaikan tangan kananku dan tersenyum ke Indra. Serena hanya tersenyum mengawasi kami.
Sedari tadi aku belum melihat batang hidung Galileo. Aku berjalan melewati kelasku dan segera mencari Leo di seberang kelasku.
"Nyari siapa lo?" Tanya Andra yang berdiri di depan pintu kelas.
"Leo," jawabku singkat.
"Belom dateng. Sana lu!" Usir Andra.
Aku mendecak lidah.
Serena duduk sebangku denganku. Dia bertanya, "Ada Leo nya?"
Aku menggelengkan kepala.
Aku menguping pembicaraan anak-anak di kelasku. Mereka seperti sedang mendapatkan gosip terpanas. Belum sempat aku mendengar percakapannya, tiba-tiba Selly, teman sekelasku memanggil namaku dari depan pintu.
"Ijuuun, ada yang nyari nih!" Teriak Selly.
"Siapa?" Tanyaku yang malas berdiri dari kursiku.
Seorang laki-laki memunculkan kepalanya dari depan pintu dan mencari letak posisi mejaku yang berada di pojok dekat kipas angin. Ia tersenyum lebar sambil melambaikan tangannya kepadaku.
Anak-anak perempuan histeris dan terfokus melihat ketampanan anak laki-laki itu dari depan pintu kelas. Mereka semua menatapku dan bertanya-tanya.
Ada hubungan apa aku dengan anak baru itu? Bagaimana bisa aku mengenal anak baru itu?
Dengan semangat aku berdiri dan berlari ke depan pintu kelas. Aku tersenyum sambil melambaikan tanganku ke Leo.
"Ada apa, Le?" Tanyaku penasaran.
"Ini buku diary lo, kan? Kemarin ada di depan rumah gue," Leo langsung memberikan buku diary milikku. Wajahku memerah menatap buku harian yang ditemukan langsung oleh Leo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gardenia Familia [COMPLETED]
General FictionKeluarga Bulan yang terdiri dari Ayah bernama Agus, Ibu bernama Septi, Kakak bernama Januar, Adik bernama Okta, dan aku bernama Juni. Tinggal di sebuah perumahan yang bernama Cluster Gardenia. Keluarga Pak Agus adalah penghuni pertama di Cluster Ga...