Failed Cupid

217 160 7
                                    

Hari Minggu.

Hari ini akan diadakan acara syukuran atas kepindahan Leo dan keluarganya di Cluster Gardenia sekaligus menjadi acara perayaan bagi Mas Angkasa atas pangkat IPDA termudanya di usia 23 tahun.

Seperti biasa, bapak-bapak dan ibu-ibu mulai memenuhi ruang tamu rumah Leo untuk segera melakukan pengajian. Sementara kami--para remaja membentuk sebuah kubu untuk melakukan misi yang sudah kami rencanakan.

Kami merapatkan barisan berbentuk lingkaran sambil merangkul pundak masing-masing. Ada aku, Serena, Leo, Jansen, Andra dan Indra.

“Sesuai kesepakatan kemarin, ya. Lo ajak para sulungers ke rumah lo. Kita kunciin mereka supaya mereka bisa lebih lama mengobrol dan PDKT. Setuju?” jelas Jansen sambil mengepalkan tangannya untuk memastikan kekompakan tim.

“SETUJU!” kami bersorak dan mengangkat tangan ke atas.

Jadi, rencananya adalah diam-diam kami akan mengurung para sulungers atau si anak pertama yaitu Bang Jan, Mbak Kiara, Mas Angkasa, dan Kak Dana di kamar Bang Jan. Aku dan Jansen akan berpura-pura mengajak para sulungers untuk beradu rubik dan permainan catur. Setelah mereka semua diam terfokus, diam-diam akan kami kunci kamar Bang Jan hingga acara syukuran rumah keluarga Leo selesai. Tentu saja, aksi ini akan kami lakukan setelah sesi acara doa untuk si pemilik acara, yaitu Mas Angkasa.

Ide ini sesungguhnya berasal dari Serena. Jadi sengaja kuajak dia ke rumahku untuk mengatur segala aksi rencana kami.

Setelah proses acara doa. Kini 'rencana satu' akan dimulai.

 Kini 'rencana satu' akan dimulai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*Kamar Mas Angkasa.

“Mas, maaf, kamar Mas Angkasa mau aku pinjam dulu boleh nggak? Kamarku lagi kotor,” ucap lembut Leo kepada kakak laki-lakinya.

Jika diperhatikan lagi, keluarga Leo ini jika bertutur kata sangat sopan dan lembut. Berbeda sekali dengan keluargaku, yang kalau berbicara selalu barbar.

“Iya, Mas. Maaf, ya, kita lagi mau mengerjakan PR Matematika di sini. Boleh, ya? Mas Angkasa sama kakak-kakak yang lain main aja di kamar Bang Jan. Bersih kok, kamarnya,” aku ikut membujuk Mas Angkasa.

“Oh, nggak usah. Kami di teras aja nanti,” ucap Mas Angkasa sambil mengambil MP3 di kamarnya dan hendak keluar.

Cara pertama tidak berhasil.

Kami mulai panik. Untungnya, Serena masih memberikan kami 'rencana dua'.

Bukan Serena namanya jika tidak memiliki ide gila. Karena sudah memikirkan hal ini akan terjadi, maka sebelumnya aku sudah bersekongkol dengan Bang Jan tentang ide kami yang akan mempersatukan Mas Angkasa dan Kak Dana. Tentu saja, awalnya Bang Jan menolak ide gila ini. Tapi, setelah kubujuk dengan jurus pamungkasku alias ‘Mbak Kiara akan ikut mampir ke kamarnya.' Tanpa basa-basi, Bang Jan langsung menyetujuinya.

Gardenia Familia [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang