Aku meledek buaya Gardenia alias abangku yang hari ini rencananya akan nonton konser Ne-Yo bersama Rapunzel Gardenia alias Mbak Kiara.
“Gue udah rapi belum?” tanya Bang Jan sambil merapihkan kerah bajunya dan mengikat kancing lengannya.
"Udeh, buruan pergi," sahutku yang sudah bosan melihat Bang Jan mengitari kaca rias kamarku.
Bang Jan mengambil waist bag hitam kulit dan mengambil kunci motor di ruang tamu. Ia mulai berpamitan pada ibu.
Bang Jan dan Mbak Kiara harus berangkat lebih awal untuk penukaran tiket terlebih dahulu. Selain itu, jarak dari Bekasi ke Istora Senayan juga lumayan jauh, pastinya menghindari kemacetan di jalan.
Dari jendela rumahku, aku bisa melihat kecantikan Mbak Kiara yang sedang menunggu Bang Jan di depan rumahnya. Ia mengenakan overall jin pendek dengan sepatu Converse berwarna cokelat muda dan tas punggung kecil berwarna hitam membuatnya terlihat chic.
Aku dan ibu sudah diwanti-wanti oleh abangku untuk tidak boleh keluar rumah sebelum mereka berangkat. Sebab nanti Mbak Kiara akan malu jika kedapatan berdua dengan Bang Jan. Jadi, aku dan ibu hanya diperbolehkan mengintip momen mereka berdua melalui kaca jendela rumah.
Si kembar yang tadinya sudah membuka pintu rumahnya untuk bermain basket, tiba-tiba saja langsung menunduk bersembunyi di balik tanaman boxwood depan rumahnya. Mereka juga sama-sama sedang mengintip momen Bang Jan dan Mbak Kiara yang hendak berkencan.
Kurasa semua penghuni Gardenia pasti diam-diam melihat momen ini. Hanya saja mereka bersembunyi di balik tirai jendela rumahnya agar tidak ketahuan.
Akhirnya Bang Jan dan Mbak Kiara berangkat berdua meninggalkan Gardenia. Aku berlari keluar rumah dan melihat arah motor abangku yang mulai menjauh.
“Wedeh, mantep nih abang lo. Makin gercep aja,” sapa Indra yang keluar dari tempat persembunyiannya.
“Hahaha, yoi. Mudah-mudahan aja abis nonton konser langsung jadian,” ucapku sambil berkacak pinggang.
Tiba-tiba Leo dan Jansen kompak keluar dari rumahnya.
“Gue ngintip dari jendela rumah hahaha, abang lo bisa juga salting ya,” ledek Jansen.
"Sama. Gue juga kaget liat abang lo," ucap Leo dengan mata terbelalak sambil mengacungkan jempolnya ke arahku.
Aku meringis geli melihat tingkah abangku yang malu-malu kucing di depan perempuan.
Seumur hidupku, jarang sekali aku melihat Bang Jan menggubris perempuan lain. Tampak luar saja terlihat garang, beku, dan seperti tembok. Kukira dia tidak akan bisa mendapatkan pacar dengan sifatnya yang mudah menyalak bak api. Ternyata, dia bisa juga—semanis itu—di depan Mbak Kiara.
“Jun,” tanya Leo dengan wajah datarnya namun intonasi suaranya ada sedikit keraguan.
Kami semua menoleh ke arah Leo.
"Kenapa?” sahutku.
“Mas Angkasa hari ini nggak ada tugas. Tuh, lihat di garasi—nggak ada mobilnya,” ucap Leo sambil menunjuk garasinya yang tidak ada mobil sedan hitam milik Mas Angkasa.
"Kakak lo gimana, Sen?" Tanyaku memastikan keberadaan Kak Dana terlebih dahulu.
"Di kosan, lah," jawab Jansen dengan polos.
"Kak Dana nonton Ne-Yo nggak?" Aku menggoyang-goyangkan bahu Jansen agar cepat menjawab pertanyaanku.
"Woles, Bro. Doi nggak kenal sama penyanyinya. Kak Dana lebih suka nonton konser festival," jawab Jansen dengan santai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gardenia Familia [COMPLETED]
General FictionKeluarga Bulan yang terdiri dari Ayah bernama Agus, Ibu bernama Septi, Kakak bernama Januar, Adik bernama Okta, dan aku bernama Juni. Tinggal di sebuah perumahan yang bernama Cluster Gardenia. Keluarga Pak Agus adalah penghuni pertama di Cluster Ga...