Injury

90 31 10
                                    

Sudah seminggu berlalu aku tidak bertemu dengan Galileo. Sebenarnya ini hal yang biasa. Hanya saja, sejak rumor tentang dirinya berpacaran dengan Tisha membuatku cemas setiap hari dan berharap agar Leo cepat pulang.

Aku tidak punya keberanian untuk menghubunginya. Lebih baik menanti saja selama satu bulan untuk bisa mendengar ceritanya.

Berita tentang Leo berpacaran dengan Tisha kian memudar di sekolah. Para fans Galileo sudah tidak lagi mengintip jendela kelasku hanya untuk mencari tahu siapa Tisha. Mungkin karena Leo tidak ada di sekolah, makanya rumor itu cepat berlalu.

Aku mendekati kerumunan yang ada di depan meja Tisha. Nampak teman sekelasku penasaran tentang hubungan Tisha dan Leo. Mereka antusias menanyakan, "Tish, gimana rasanya punya pacar atlet? Kapan bisa pacarannya?"

"Gue dengar-dengar lo nembak Leo duluan ya?" ucap temanku lainnya.

Tisha tersenyum. Pipinya merona segar. Ia mulai menjawab, "Gue kan baru pacaran, jadi belum bisa ke mana-mana berdua. Sejauh ini masih teleponan sama BBM-an aja kok." Tisha berdeham panjang dan melanjutkan ucapannya, "Nggak juga, sih. Kebetulan waktu itu gue ke kelas dia buat balikin kamusnya. Terus tiba-tiba dia nanya ke gue udah punya pacar atau belum. Dari situ obrolan kita mengalir dan kita saling ungkapin perasaan masing-masing."

"Uh, romantis banget, ya. Cocok sih sama-sama cantik dan ganteng. Plus, sama-sama pintar juga dibidang akademis," Selly yang tiada henti-hentinya membanggakan teman sebangkunya.

Temanku lainnya masih penasaran, "Jun, lo comblangin Leo sama Tisha, ya? Kan, lo tetangganya."

Mataku terbelalak terkejut. Aku langsung menepis ucapannya dengan menggelengkan kepala. Tisha dengan cepat langsung menyanggah, "Nggak banyak, kok. Waktu itu Juni cuma ngenalin gue ke Leo tentang klub renang buat adik gue. Dari situ gue mulai dekat sama Leo."

Alisku terangkat bingung.

Serena yang baru datang langsung duduk dan menatap Tisha dengan sorot mata sinis dan senyuman tipis menyungging ke atas. "Tish, kok status Facebook lo sama Leo nggak berubah 'berpacaran'? Atau, setidaknya pasang nama di bio Twitter, gitu? Biar hits kayak anak zaman sekarang. Pacar lo kan atlet, tuh. Sekalian biar fans Leo dari seluruh Indonesia tau kalau lo pacarnya Galileo. Bentar lagi kan dia tampil di SEA Games. Seluruh mata bakal tertuju sama dia apalagi kalau berhasil dapat medali."

Raut wajah Tisha menegang. Badannya kaku. Ia menggigit bibirnya. Teman sekelasku juga sependapat dengan ucapan Serena. Mereka dengan kompak menyuruh hal serupa. Namun, Tisha menepis dengan cepat. "Hubungan kita itu privasi. Justru lebih baik orang lain nggak banyak tau."

Serena mengangguk cepat dengan dagu yang mengerut. "Hmm, gitu.." raut wajahnya nampak sumringah, pandangannya menatap Tisha lurus. "Telepon Leo, dong, tanyain lagi apa sekarang."

Wajah Tisha seketika merah bak tomat rebus. Keringat di dahinya bercucuran. "Buat apaan? Dia lagi latihan, nggak enak kalau ganggu."

Selly pun geram dengan tantangan Serena. Ia langsung menyentak Serena, "Ngapain sih, lo, Ser? Kurang kerjaan banget nyuruh Tisha telepon Leo."

Serena terkekeh. "Ini masih jam setengah tujuh pagi, kok. Mana mungkin latihan jam segini. Gue cuma mau kasih selamat aja buat Leo. Lagian Leo kan teman kita semua. Wajar dong gue ucapin selamat buat dia. Ya, nggak?"

Semua murid yang ada di kerumunan meja Tisha mengangguk setuju. Bagaimanapun mereka ingin mengucapkan selamat kepada Leo dan memberikan semangat untuk pertandingannya di ajang SEA Games. Tidak ada salahnya menelepon sebentar. Teman-teman sekelasku langsung menyuruh Tisha untuk menelepon Leo. Terlihat jemari tangannya gemetar. Tampak ragu Tisha membuka ponselnya. Mencari kontak BBM Galileo. Namun, ponselnya langsung dibalik begitu saja di atas meja. Seakan-akan seperti mengurungkan niatnya. "Gue nggak ada kuota. Kapan-kapan aja, ya, teleponnya."

Gardenia Familia [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang