Can't Smile Without You

200 154 18
                                    

Secara paksa, perjanjianku dengan Bang Jan berakhir. Tak ada lagi es kelapa gratis di sekolah.

Aku dan Serena duduk di taman sekolah mencari angin segar. Dari arah pukul tiga, aku melihat Mbak Kiara sedang berjalan ke arah lobi. Tentunya, dia akan melewatiku terlebih dulu sebelum memasuki lobi. Aku akan mencegatnya untuk menanyakan sesuatu. Tentang kejadian kemarin di rumahku.

“Mbak, boleh ngomong sebentar?” tanyaku sambil menghadang langkah Mbak Kiara.

“Eh, Juni. Ada apa, Jun?”

“Kemarin ada kejadian apa, ya, setelah keluar dari kamar Bang Jan?”

“Nggak ada, sih, Jun. Kan aku langsung pulang juga,” ucap Mbak Kiara seperti sedang menutupi sesuatu.

Sepertinya, Mbak Kiara merasa risih dengan pertanyaanku. Belum sempat kutanyakan soal Bang Jan. ia langsung segera pamit menuju kelasnya.

“Pasti terjadi sesuatu, deh!” ucap Serena bak cenayang.

“Gue juga yakin. Nanti gue tanya ke Bang Jan aja, lah. Kemarin gue belum sempat tanya. Tahu sendiri abang gue kalau marah udah kayak gunung meletus.”

Setibanya di rumah. Sebelum memasuki kamar Bang Jan untuk berdamai. Aku melakukan tes vokal terlebih dahulu. Untuk memastikan tidak akan ada kesalahan ucap. Aku mulai mengetuk pintu kamar Bang Jan pelan.

“Assalamualaikum, Abang ganteng,” sapaku dengan suara lemah lembut.

“Ngapain lo masuk? Gue masih marah ya sama lo.”

“Iya.. Maaf, deh. Gue penasaran sama kejadian kemarin. Barangkali gue bisa bantu,” ucapku dengan penuh keyakinan.

“Bantu apaan lo? Nyesel gue pernah nyuruh lo. Kerjaan lo nggak ada yang bener semua!” gertak Bang Jan.

“Ya, maap, dah!” aku ikut terlarut dalam emosi yang terus dibentak oleh Bang Jan. Buang-buang waktu saja berdamai dengannya! Aku langsung berjalan keluar kamar Bang Jan.

“Tunggu,” ucap Bang Jan dari kursi belajarnya.

“Sejak kapan lo tau Kiara suka sama Mas Angkasa?”

Aku membalikkan badan dan tersenyum. itu tandanya Bang Jan sudah tidak marah lagi kepadaku.

“Waktu gue ke rumahnya. Gue cuma nebak aja. Terus dia ngakuin. Soal berapa lamanya gue nggak tahu. Bisa aja udah lama sukanya.”

“Setelah Dana kabur dari kamar, si Kiara tadinya mau ajakin nonton Ne-Yo sama Mas Angkasa di Istora. Tapi belum selesai dia ngomong, kalimatnya udah dipotong duluan sama Mas Angkasa. Parahnya lagi, Mas Angkasa salah sebut nama Kiara jadi Dana. Dan itu berulang kali terjadi. Nah, abis kejadian itu, Kiara jadi diem nggak mau bersuara. Gue bisa lihat, sih, dari wajahnya kecewa,” jelas Bang Jan.

“Ah, gitu, toh. Lah, terus lu kenapa marah sama gue?” tanyaku kesal karena ikut kena imbasnya.

“Ya, semua gara-gara lo! Gue ikutin saran dari lo soal ajak nonton Ne-Yo sama Kiara. Terus dia malah bilang sebenarnya dia udah beli dua tiket. Dan itu buat Mas Angkasa. Dia malah curhat ke gue soal Mas Angkasa. Katanya dia senang banget waktu Mas Angkasa tinggal di sini lagi. Terus gue coba pancing buat pertanyaan ke dia.. ” 

“Pertanyaan apa?” tanyaku semakin penasaran.

“Emang lo suka sama Mas Angkasa?” ucap Bang Jan dengan mata mendelik.

“Nah, terus terus?” aku semakin penasaran.

“Iya. Emang JUNI nggak ngasih tau, ya?”

Bang Jan hanya menggelengkan kepalanya.

Gardenia Familia [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang