ENNUI BAGIAN I

2.9K 254 63
                                    

Ding dong...
Ding dong...

"Daddy pulang?" anak laki-laki berusia empat belas tahun berlari kearah pintu rumah.

Pelukan hangat menyambut Mew sesaat setelah pintu dibuka, perjalanan yang melelahkan dengan segala kepenatan tugas yang menjadi beban tanggungjawabnya sebagai direktur sebuah perusahaan lenyap hanya dengan melihat senyuman manis dari putra mereka yang sekarang sudah tidak kecil lagi.

"Kau pulang?" tanya Gulf yang ikut serta menghampiri kedua belahan jiwanya. Bahunya seketika langsung dirangkul oleh sang suami dengan kecupan hangat yang mendarat di keningnya.

Sejauh ini, keluarga kecil mereka sangat sempurna didalam sebuah rumah megah yang terdiri dari dua lantai. Mew yang selalu bekerja keras untuk mengumpulkan pundi uang demi memenuhi kebutuhan keluarganya, Gulf yang selalu meng-handle pekerjaan rumah agar penghuninya nyaman sekalipun ia memiliki pekerjaan dan Win yang selalu patuh pada perkataan orangtuanya.

"Daddy bawa apa untuk Win?" tanya Win seraya membuka telapak tangannya.

Mew mengulum senyum dan beradu tatap dengan Gulf. Win sudah besar, tapi ia tak pernah bosan untuk selalu menagih oleh-oleh pada daddynya. Hal yang ia minta memang bukan sesuatu yang mahal atau sulit didapat, cukup satu buah pir dan sebotol soda.

"Bagaimana ya? Sepertinya daddy lupa, kita beli di toko buah saja, oke?"

Win melepaskan pelukannya pada Mew, buah pir dan soda sudah menjadi rutinitas atau bahkan tradisi mereka setiap kali Mew bepergian, ini tidak akan adil jika Mew melupakan apa yang Win suka.

"Tidak usah," ucap Win datar.

"Eh, tunggu dulu. Hahaha," ucap Mew seraya menahan lengan putranya yang akan pergi dengan hati kecewa.

"Tada!" ucap Mew kemudian dengan sebuah bingkisan. "Daddy tidak punya alasan untuk melupakan Win," sambung Mew seraya mengusap kepala putranya setelah bocah laki-laki itu menerima oleh-oleh yang ia bawa.

Win tersenyum lebar menatap kedua orang tuanya, "Win pikir daddy benar-benar lupa."

"Pergi tidur, sudah larut. Jangan minum sodanya malam ini, oke?" ujar Mew.

"Iya, Win tau. Rindu daddy pada Win hanya sebatas ini, daddy memerlukan waktu yang lebih banyak untuk melepaskan beban kerinduan pada papa." ejek Win.

"Win cemburu?" tanya Gulf mengulum senyum.

Bocah itu menggeleng tegas. "Kalau itu hanya perasaan daddy untuk papa, sekalipun daddy menghabiskan semuanya dan tidak menyisakan secuilpun untuk Win, Win tidak masalah selama semuanya hanya untuk papa."

"Win," ucap Mew seraya tertawa kecil.

"Selamat malam, papa dan daddy." ucap si anak laki-laki sebelum berlari menaiki anak tangga dan masuk kedalam kamarnya.

"Kau akan mandi dulu? Atau langsung makan? Aku akan masak sesuatu untukmu." ucap Gulf yang kemudian mengambil alih jas ditangan Mew. Perjalanan Mew untuk kembali ke rumah pasti sangat melelahkan, Gulf tak merasa bahwa ia melakukan sesuatu yang spesial untuk Mew, ini hanya bagian dari kewajibannya.

Mew tersenyum memegang lengan Gulf, menahan pria itu agar tak dulu pergi. Mew memejamkan matanya, mencium tengkuk Gulf dalam posisi dirinya yang memeluk Gulf dari belakang. "Em, aku sudah makan tadi." bisik Mew seraya menyandarkan dagunya di pundak Gulf.

Gulf tertawa pelan. "Kalau begitu pergi mandi, agar kau merasa segar."

"Aku merindukanmu," bisik Mew tepat di telinga Gulf. Gulf tak bisa menahan tawanya. Bisikan Mew membuatnya merasa geli, tapi ia juga senang Mew melakukan itu.

ENNUITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang