ENNUI BAGIAN XX

1.2K 147 52
                                    

Ceklek!

Derit pintu terdengar samar saat Gulf mulai memasuki kamarnya juga Mew. Ini adalah kali pertama Gulf merasa bahwa dirinya tertangkap basah, hanya saja Gulf tetap berusaha untuk tak terlihat bersalah.

"Sayang?" sapa Mew yang kini tengah berbaring di atas kasur.

Gulf menelan ludah, ia tau Mew akan mengajukan pertanyaan dan ia sudah punya semua jawaban dari setiap pertanyaan itu.

"Mew?"

"Kenapa menelpon diluar? Apa tidak dingin?"

Gulf tersenyum canggung. "Tidak, aku sengaja ingin merendam kakiku."

"Baiklah, kurangi bermain air di tengah malam. Kurang baik dampaknya untuk kesehatan, kemari." Mew merentangkan tangannya, mempersilakan kepada Gulf untuk masuk kedalam dekapannya alih-alih mempertanyakan siapa yang Gulf hubungi di tengah malam buta.

Gulf menghela nafas, sulit di bedakan antara lega dan rasa bersalah.

Perlahan Gulf mendekatkan diri pada Mew, membiarkan Mew mendekap tubuhnya yang baru saja diterpa angin malam.

"Suhu tubuhmu jadi lebih rendah karena habis dari luar," gumam Mew seraya memejamkan mata dan mempererat pelukannya.

Gilf hanya bisa tersenyum menerima perlakukan Mew, lembutnya usapan tangan Mew pada punggung Gulf dan cara Mew memainkan helai rambut Gulf menjadi candu yang tak ada tandingannya.

"Kalau begitu hangatkan aku," pinta Gulf seraya membenamkan wajahnya di leher Mew. Seakan ingin membalas kasih sayang Mew, Gulf turut melingkarkan tangannya di tubuh Mew.

"Izinkan aku memelukmu semalaman," pinta Mew.

"Tidak mau."

"Kenapa?" Mew kembali membuka mata.

"Kau tidak ingin bertanya siapa yang menelpon ku tadi?" balas Gulf balik bertanya.

"Kalau kau ingin aku tau, kau pasti sudah memberitahuku."

Gulf melepaskan diri dari pelukan Mew, beralih untuk duduk di atas paha sang suami.

"Aku meminta karyawan ku untuk membuka toko tanpa komando dariku khusus untuk besok," ucap pria manis yang mengenakan piama berwarna maroon. Memang sudah menjadi ciri khas untuk Gulf, ia akan terlihat sangat menggoda ketika bulan semakin terang.

Seperti saat ini, piamanya yang turun sebatas bahu itu menampakkan garis tulang sekangka yang benar-benar menawan. Leher jenjang dan kulitnya yang sangat putih juga lembut. Siapa sangka hal seindah Gulf menyimpan begitu banyak menampung bisa mematikan?

"Kau bilang kita bisa mengatur waktu untuk piknik, jadi aku akan meluangkan waktuku juga." ujar Gulf lagi.

Apa yang bisa Mew lakukan selain tersenyum? Tak pernah ada racun yang semanis Gulf sebelumnya.

"Dimana kita akan piknik?" tanya Gulf.

Mew mulai memegang pinggang Gulf, perlahan ia mengubah posisi dari berbaring menjadi duduk. Namun, ia tetap membiarkan Gulf berada di pahanya.

"Dimana saja yang Gulf mau dan suka."

"Di taman dekat kantormu? Tapi itu sedikit jauh dari rumah kita."

"Tidak masalah, itu tidak terlalu jauh jika untuk menyenangkan hatimu." Mew menyingkap rambut Gulf, menyelipkannya ditelinga.

"Mew, tau tidak? Aku masih tidak menyangkan bahwa kita akan benar-benar hidup dalam satu rumah dan kita punya Win sebagai anak kita, rasanya sangat membahagiakan. Bagaimana denganmu?"

ENNUITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang