ENNUI BAGIAN XXIV

1.1K 147 148
                                    

Tak sama seperti malam sebelumnya dimana Mew memilih untuk tidur terpisah dengan Gulf, kali ini Mew kembali merebahkan diri di kasur yang sama dengan Gulf.

Gulf memperhatikan Mew yang berbaring membelakanginya, apa pria itu masih marah? Jika Mew tak punya bukti selain penglihatannya, kenapa Mew mempertahankan amarahnya hingga selama ini?

"Mew, kau sudah tidur?" tanya Gulf amat pelan.

"Iya."

Gulf menghela nafas penuh beban, ia benar-benar tak bisa hidup dalam kebisuan Mew. Ia merindukan sosok Mew yang selalu aktif menyapanya juga memeluknya dengan hangat.

Gulf mulai mendekati Mew, memeluk tubuh yang membelakanginya itu.

"Permasalahan tentang kesalahpahaman tadi malam, kau masih memikirkan itu?"

Mew membuka kembali matanya yang semula tertutup rapat. "Aku sudah mencoba untuk berhenti memikirkannya, tapi yang terjadi adalah pikiran itu tumbuh semakin besar."

Tanpa mendapat balasan kehangatan, Gulf masih betah memeluk punggung Mew. "Bukankah sudah ku katakan semuanya tidak benar? Kau tidak percaya?"

"Apa yang kulihat lebih jelas daripada ucapan mu. Aku hanya berharap kau mengatakan yang sebenarnya, lalu minta maaf."

"Hanya itu?"

Mew bingung harus menanggapi jawaban Gulf dengan kalimat dan ekspresi seperti apa, 'hanya itu?' apakah ini artinya Gulf secara tidak sadar telah mengakui apa yang ia perbuat?

"Juga akhiri hubunganmu dengan Kao, hubungan apapun itu."

"Mew, kau benar-benar meyakini bahwa aku dan Kao bermain di belakangmu?"

"Aku memang tidak punya bukti fisik yang bisa membuatmu tak berkutik, tapi aku sudah tau semuanya. Upaya mu untuk menutupi semuanya dariku sama besarnya dengan usahaku untuk meminta pengakuan darimu."

Mew berbalik untuk menatap pria yang sedari tadi memeluknya, perlahan ia membelai lembut pipi dari orang terkasihnya itu.

"Aku sangat mencintaimu, meskipun rasanya seperti menelan racun. Aku hanya meminta agar kau mengakhiri kekeliruan yang kau buat. Jalan yang kau ambil menuju ke arah yang salah, sayang.

Hentikan saja perjalananmu, aku yang akan memperbaiki sisanya. Aku mohon."

Ucapan Mew tak ada artinya untuk Gulf, sebab pada dasarnya Gulf memang tak ingin terlihat bersalah.

"Aku mohon, Gulf. Aku bersumpah demi sisa hidupku yang tak akan bisa kulalui jika tanpamu.

Sekalipun kau mengakui kesalahanmu, aku tidak mungkin pergi darimu. Aku hanya perlu pengakuan, bahwa kau salah. Setidaknya katakan bahwa kau khilaf, tidak sengaja. Katakan alasan apapun tapi jangan mengelak." pinta Mew.

Alih-alih menjawab, yang Gulf lakukan hanyalah memeluk Mew dengan sangat erat. Setelah tatapan penuh kepedihan yang ia tujukan pada Mew, akhirnya Gulf kembali membenamkan wajahnya di dada Mew dan terisak disana.

Sesak dada Gulf, lebih sesak lagi dada Mew. Pedih hati Gulf, lebih pedih lagi hati Mew. Namun apa daya? Gulf terlihat lebih menikmati bagian saat ia tetap membagi fisik juga perasaannya untuk dua orang yang berbeda dibandingkan dengan kembali dalam dekapan kekuarga kecilnya yang hangat setelah pengakuan.

Menangis pun hanya berderai air mata, hati Mew terlanjur kebas dihantam dusta. Tangannya yang selalu spontan untuk memberikan sentuhan fisik menghangatkan tak bisa ia tahan, tapi bibirnya terlalu kelu untuk kembali memohon akan menjelaskan. Sejauh apapun Mew meminta, sedikitpun Gulf tak akan pernah tergerak hatinya.

ENNUITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang