ENNUI BAGIAN XXXXVII

2.7K 254 217
                                    

"Daddy! Papa marah pada Win, papa bilang karena Win memakan terlalu banyak cemilan."

Mew menangkap tubuh mungil yang berlari menghampirinya itu, "nanti kita marahi papa sama-sama, oke?"

---

"Daddy, bagaimana menulis ini?"

"Sini, daddy ajari. "

---

"Daddy, buah pir!"

"Tada!"

---

"Aku Mew, berjanji akan selalu menjaga, mengasihi, memaklumi dan mengayomi Gulf sebagai pasangan hidupku. Tak akan ku biarkan dia berjalan sendirian selama aku masih mampu untuk melangkahkan kaki. Segalanya tentang Gulf adalah tanggungjawab ku."

---

"Win ingin melihat daddy setiap hari."

---

Dengungan nyaring menusuk Telinga Mew seiring dengan semakin buramnya pandangan. Nafas Mew, entah apa yang memenuhi batang tenggorokannnya, rasanya pria itu tidak bisa menghirup oksigen.

Nahas memang, mobil hitam yang Mew kendarai terpental lalu terguling, menyenggol beberapa kendaraan lain sebelum akhirnya terbalik dan menghantam trotoar.

Darah keluar dari hidung juga telinga Mew, cairan kental berwarna merah itu bahkan membanjiri pelipis dan dahinya, membasahi kemeja yang ia kenakan. Meskipun begitu, Mew masih bisa mendengar samar keributan disekitarnya.

Ricuh, terik matahari menambah kesan panik seluruh pengguna jalan yang langsung meninggalkan kendaraan mereka untuk melihat bagaiman kondisi pengemudi yang mobilnya baru di tabrak oleh sebuah truk berwarna hijau.

Bibir pucat dengan bercak darah itu mengukir seulas senyum, "Win." Sesaat setelah itu, bayangan putra kecilnya menghilang.

••• • •••

"Waw," gumam Bai ketika makanan yang mereka pesan sampai. Hari ini, Win menepati perkataannya untuk mentraktir Bai di jam istirahat.

"Terimakasih, Win."

"Sama-sama," balas Win yang bersiap memakan baksonya.

"Kesanmu tentang daddy-mu sangat aneh, tapi luar biasa."

Win tersenyum seraya mengunyah makanannya. "Tepat seperti daddy ku, aneh tapi luar biasa."

"Sepertinya kau lebih sayang pada daddy-mu daripada papa-mu."

Win mengangkat kedua bahunya, entahlah, tapi itu memang benar.

"Bagaimana jika daddymu pergi?" tanya Bai tiba-tiba.

Win yang masih mengunyah makanannya menatap Bai. "Pergi pun daddy ku tidak mungkin jauh."

"Panggilan kepada siswa atas nama Win, harap segera ke ruang guru karena ada yang menunggu!"

Win dan Bai menoleh ke arah speaker yang ada di sudut kantin sesaat setelah pengumuman.

"Kau buat masalah lagi?" tanya Bai curiga.

Win menggeleng, dia benar-benar menjadi anak baik hari ini.

"Sekali lagi, panggilan kepada siswa atas nama Win dari kelas delapan, harap segera ke ruang guru karena ada yang menunggu!"

Kunyahan Win pada makanan di mulutnya semakin lambat. Sekarang, semua orang yang ada di kantin menatapnya.

Tok tok tok

ENNUITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang