ENNUI BAGIAN XII

1.1K 149 33
                                    

Seperti pada hari-hari yang biasa Win lewati setiap kali Mew tak ada dirumah dan Gulf terlambat pulang, anak laki-laki itu duduk di sofa ruang keluarga dengan kedua kakinya yang bersila rapi.

Layar televisi yang menayangkan kartun membuatnya tersenyum. Bahkan, sesekali tertawa kecil lolos dari mulutnya yang dipenuhi oleh snack.

Ding... dong...

Win menoleh ke arah pintu, senyum diwajahnya kian lebar saat sang papa masuk kedalam rumah dan langsung menghampirinya.

"Menonton televisi sendirian?" Win memejamkan mata ketika Gulf mengusap kepalnya dengan penuh kehangatan juga kelembutan.

"Pa, Win memang hanya sendiri dieumah. Kalau tidak sendiri dengan siapa Win harus menonton?"

Gulf yang semua tersenyum tiba-tiba langsung meninggalkan tempat setelah melirik bungkus makanan ringan yang tergeletak di samping putranya, entah berapa banyak yang sudah Win habiskan.

Setelah berkutik cukup lama dengan pisau buah, Gulf kembali menghampiri Win bersama semangkuk apel yang sudah dipotong-potong juga garpu diatasnya. "Kurangi makan cemilan, kita punya banyak buah di kulkas." ucap Gulf ketika Win menerima pemberiannya.

"Papa, kekamar dulu. Tunggu sampai papa kembali dan menyiapkan makan malam untuk kita, oke?" ucap Gulf penuh kasih sayang.

Win mengangguk semangat untuk menanggapi perkataan Gulf. Setelah pintu kamar Gulf tertutup, Win kembali memperhatikan smartphone miliknya. Mew tak kunjung membalas pesan atau menelpon balik, apa Mew benar-benar sesibuk itu?

Ding... dong...

Win buru-buru meletakkan smartphone dalam genggamannya dengan posisi layar dibawah, anak laki-laki itu kembali menatap daun pintu rumah mereka ketika bel kembali dibunyikan. Mungkinkah Mew memberi kejutan dengan pulang tanpa memberi kabar?

Dengan senyum sumringahnya Win bergegas untuk bangkit dan berniat berlari ke arah pintu. Belum sempat Win merealisasikan niatnya, pintu lebih dulu terbuka dan menampakkan sosok Kao yang berdiri santai dengan tangannya memegang gagang pintu.

Melihat Win yang berdiri di tak jauh darinya, Kao buru-buru menyimpan kunci dalam genggamannya ke dalam saku celana.

"Hai, Win." sapa Kao canggung.

Anak laki-laki yang kecewa dengan kenyataan itu berdiri tanpa membalas sapaan Kao, bagaimana bisa orang itu langsung masuk setelah menekan bel? Apa pintu tidak terkunci?

"Kenapa paman kesini lagi?" tanya Win.

Kao menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal, situasi ini benar-benar canggung untuknya. Meskipun begitu, ini mungkin kesempatan Kao untuk dapat lebih dekat dengan Win.

"Hanya mampir," sahut Kao yang kemudian mendekat ke arah Win.

Win tetap memperhatikan Kao yang mulai mendekatinya kemudian duduk di salah satu sofa, Kao terlihat sangat terbiasa hingga menganggap rumah ini seperti kediamannya sendiri tanpa dipersilahkan.

"Kau suka makan apel?" tanya Kao mengusir kesenyapan diantara mereka. Usai melirk kearah mangkuk buah, Kao kembali menoleh kearah Win sebab anak laki-laki itu tak menjawab pertanyaannya.

"Tidak juga, lebih suka pir. Tapi papa mengupasnya untukku, aku harus memaknnya untuk menghargai papa." sahut Win setelah cukup lama Kao menatapnya.

"Benarkah? Aku juga suka pir, lain kali akan ku bawakan untukmu. Jadi kita bisa makan sama-sama." balas Kao tak kalah antusias. Namun, Win hanya menanggapinya dengan anggukan pelan sebelum melanjutkan aktivitasnya untuk menonton televisi.

ENNUITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang