ENNUI BAGIAN XXXVII

1.3K 198 80
                                    

"Hm... hm... hm...."

Senandung kebahagiaan mengiringi langkah Win menyusuri halaman rumah sebelum sampai di teras.

"Da... ddy memberi bunga pada pa... pa. I... win, makan burger dengan da... ddy."

"Mew!" Gulf berucap nyaring, menyusul Mew yang melangkah tegas meninggalkan kamar.

"Mew! Dengarkan aku dulu!" ujar Gulf lagi seraya menahan Mew, menggengam lengan Mew dengan sangat erat lalu menariknya, memaksa Mew agar sudi untuk berbicara seraya menatapnya.

"Baiklah, katakan apa yang ingin kau sampaikan, aku akan mendengarkannya." sahut Mew teramat lembut.

Entah bagaimana lagi Mew harus menghadapi Gulf, rasanya bersikap kasar hanya menguras tenaga, tapi penuh kasih juga menyiksa.

"Aku sungguh minta maaf karena aku menamparmu, aku tidak sengaja, sumpah! Aku minta maaf," Gulf mulai terisak.

Mew tersenyum tipis, hilangkan sudah separuh kewarasan Mew?

"Stt, sayang, jangan menangis. Aku tidak bisa mengenalimu, yang mana yang tulus darimu, untuk siapa ketulusan yang sebenarnya itu? Apakah aku? Atau Kao?" ucap Mew pelan seraya memegang tangan dingin Gulf yang menggenggam lengannya.

"Maaf." lirih Gulf dalam isaknya.

"Ini yang pertama kalinya hidupku ketika aku menyukai dia orang sekaligus."

"Gulf, pertama kalinya juga bagiku, pertama kalinya aku merasa sangat beruntung adalah ketika aku memilikimu. Katakan saja padaku bahwa ini bukan kesalahan besar sebab ini mungkin hanya setumpuk dari mimpi buruk." mohon Mew.

Gulf menggeleng pelan. "Kalian sama berartinya, Mew." Gulf tak akan pernah bisa mengatakan apa yang Mew harapkan.

"Gulf, aku bisa menutupi kekuranganku, tapi Kao tidak bisa menggantikan pernikahan kita. Ini lima belas tahun banding sembilan bulan."

"Apa kau akan baik-baik saja jika aku memihak Kao?"

Meledak? Hancur? Tidak, kata itu tidak bisa menggambarkan perasaan Mew yang saat ini.

"Dan bagaimana aku menjelaskannya pada Kao kalau aku memilihmu? Aku bertahan di situasi ini bukan untuk menyakiti siapapun, Mew. Ini demi kita!"

"Bukan demi kita, tapi demi ego mu!" pungkas Mew.

"Aku bisa bertahan dengan kalian berdua."

"Periksakan dirimu, ada yang salah dengan caramu berpikir."

"Aku bisa membagi rasaku dengan adil, Mew."

"Aku yang tidak bisa membagi dirimu,Gulf. Bagiku kau bukan barang, cinta yang kita punya bukan arti yang bisa dibagi. Kau tidak waras!"

"Hahaha, tidak waras?" Gulf menyela air matanya. "Aku merasa sangat waras ketika aku berada bersama Kao!"

Prang!!!

Win termangu sesaat setelah membuka pintu.

Win yang baru membuka pintu termangu menatap pecahan kaca yang berhamburan di lantai, asalnya dari bingkai foto. Air berwarna keruh itu mengotori dinding putih disekitar bingkai yang telah rusak juga lantai tempat kaca berserakan.

"Apanya yang baik-baik saja? Pikirmu kau memperbaiki semuanya hanya karena kau bersikap baik?" batin Win menanyai dirinya sendiri.

Anak laki-laki itu benar-benar tak tau harus melakukan apa, hanya saja kakinya melangkah lurus ke arah tangga tanpa memperhatikan kedua orangtuanya yang diam seusai kepulangannya.

"Win." ucap Mew pelan. Tak seharusnya Mew lepas kendali dirumah ini. Sementara di sisi lain, Gulf masih tertunduk dan terisak.

"Nak." panggil Mew lagi sebab Win tak menghiraukan.

ENNUITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang