ENNUI BAGIAN XXXXVI

1.9K 241 154
                                    

Pagi menyapa anak laki-laki bergigi kelinci yang senyumnya selalu manis. Seragam putihnya juga rambut yang tertata rapi, Win lebih dari sekedar siap untuk mengawali hari.

Seburuk apapun latar belakang keluarganya, Win sudah berjanji pada Mew bahwa ia akan menjaga dirinya dengan sangat baik, Win tidak akan mengecewakan Mew lagi.

Ceklek.

Meja makan kosong ketika Win membuka pintu, tak mengherankan lagi bagi Win, bukan masalah juga baginya, ia bisa sarapan apapun dan di manapun dia mau, Mew memberinya banyak uang.

Anak yang berbahagia itu berangkat ke sekolah mengendarai sepeda kesayangannya, seandainya Win bisa sebahagia ini sejak dulu, ia tidak perlu merepotoan Mew.

••• • •••

Ceklek.

Mew mengitari seisi ruangan setelah membuka pintu, kakinya melangkah membawa jiwa mati yang melekat dalam tubuhnya untuk memasuki rumah yang tak lagi layak huni. Terlihat sangat tegas, tapi perasaannya begitu lunglai. Untuk berpijak di sini lebih lama lagi, rasanya Mew tak mampu.

Rumah yang terlihat begitu mewah, Mew bersumpah dirinya tak melupakan janji bahwa ia akan menjadikan tempat ini sebagai Istana.

Pelan, Mew melangkah menaiki satu-persatu anak tangga. Sayangnya, langkah itu kembali berhenti ketika ia berhadapan dengan pintu kamar yang "dulu" adalah miliknya dan Gulf.

Seluruhnya sakit, terlampau sakit hingga tak bisa dijelaskan dimana spesifiknya. Ketika Istana yang belum sempurna berubah menjadi neraka, rasanya ingin meraung dalam tawa.

Seusai membuka pintu kamar, Mew mendekati lemari pakaian, berniat untuk mengambil sepasang jas agar dapat digunakan setelah ia membersihkan diri nanti.

"Mew?" sapa suara yang menusuk jiwa.

Orang yang namanya di panggil itu sama sekali tidak menoleh, ia tidak mampu menatap wajah orang terkasihnya lagi.

"Mew?" ujar Gulf lagi, tapi kini dibarengi dengan langkahnya yang mendekati Mew.

"Sayang, mau kemana?" tanya Gulf ketika Mew akan pergi dengan setelan jas ditangannya.

"Mandi," sahut Mew memaksakan diri untuk dapat tetap tegar tanpa mengeluarkan setetes pun air mata.

"Mandi saja di sini, kita punya kamar mandi di kamar kita, kan?."

"Kamar kita?" lirih Mew tertunduk menahan tawa yang membalut luka.

"Gulf, menginjakkan kaki di sini saja sangat sulit, bagaimama aku bisa beraktivitas?"tanya Mew dengan kekecewaannya.

"Kenapa? Akan ku siapkan air hangat untukmu mandi?"

"Kamar ini," ucap Mew pelan menghentikan langkah Gulf, mata yang berkaca itu mengitari seisi ruangan dan tertahan pada kasur. "Kau dan Kao-" Mew tak mampu melanjutkan ucapannya, membayangkan rangkaian kata yang akan diucapkannya saja Mew tidak sanggup.

Gulf mematung di tempatnya berdiri, apa maksud Mew?

"Kau menghancurkan semuanya, dalam hidupku, tidak ada yang tersisa." ucap Mew.

"Sayang, a-apa ...."

"Kau masih ingin bertanya? Setelah aku melihatmu bersenggama dengan temanku, di atas kasur kita, didalam kamar kita, kau masih ingin bertanya?"

Deg!

Jantung Gulf berdetak cepat. Takut, khawatir, semua rasa menggebu dalam detakan yang seakan menyumbat aliran darahnya.

ENNUITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang