ENNUI BAGIAN XXXIX

1.4K 195 101
                                    

Ceklek.

Mew kembali mengusap air yang melintasi pipinya setelah berhasil masuk kedalam kamar.

Awalnya, pria yang masih berada dalam kendali alkohol itu ingin melihat keadaan putranya. Namun, pintu kamar Win terkunci. Mew pikir pasti putranya itu sedang terlelap sebab lelah menunggu sendirian.

Disinilah Mew sekarang, berpijak pada kamar yang dulu hangat nyaman dengan kasih sayang dan ketulusan tanpa kepalsuan.

Sosok yang ia agungkan dengan cinta tengah berbaring di atas kasur seraya memejamkan mata, tertidur kah makhluk Tuhan yang sempurna itu?

Perlahan Mew mendekati Gulf, berjongkok di samping ranjang tempat dimana Gulf tengah berbaring miring agar dapat lebih leluasa mengenang hangatnya cinta.

Tangan dingin Mew mulai merapikan rambut lembut Gulf yang menutupi wajah teduh.

Gulf membka mata, ia memamg tidak tidur, tapi bau alkohol yang menyengat dari tubuh Mew menarik perhatiannya. "Mew, kau minum?"

Seulas senyum menghiasi wajah Mew, menyambut sosok yang baru bangkit dari baring.

"Hanya sedikit, jangan kecewa padaku." pinta Mew.

Gulf mengusap wajah Mew yang tersenyum namun seakan tanpa semangat. "Kenapa kau minum? Kau tidak bisa minum, bagaimana jika sesuatu terjadi? Kau bisa sakit," panik Gulf yang masih mengusap kening suaminya.

"Karena aku merindukanmu, aku frustasi karena tidak bisa membawamu kembali padaku."

"Apa yang kau bicarakan? Kau mabuk, jelas-jelas aku ada di hadapanmu."

"Dimana hatimu?" tanya Mew.

"Apa disini?" tanya Mew lagi seraya menunjuk dada Gulf.

Gulf memegang tangan Mew yang ada di dadanya seraya menggeleng, "ada disini." ucap Gulf seraya mengembalikan tangan Mew agar dapat menyentuh dadanya sendiri.

"Disini?" tanya Mew yang menunduk menatap dadanya.

"Hehehe, kenapa tidak ada? Aku tidak menemukan apapun, kenapa? Apa karena aku terlalu kesal padamu?"

Gulf terdiam, ia bahkan tak bisa menghapus air matanya sebab Mew memegang tangannya.

"Tidak, tidak jangan menangis." cegah Mew seraya mengusap air yang mengalir di pipi Gulf.

"Tidak masalah kau tidak meletakkan hatimu padaku, asalkan aku bisa mencintaimu saja cukup. Aku masih sanggup untuk mencintaimu, sampai kapanpun aku sanggup mencintaimu sendirian. Bukan, bukan. Kami, aku dan Win.

Kau tidak perlu Kao, sayang. Kau punya dua cinta dirumah ini, cinta yang sangat besar. Sekalipun Kao memberikan hidupnya padamu, Kao tidak bisa menggantikan kami."

"Mew," lirih Gulf.

"Jangan, panggil aku 'sayang'. Itu panggilan kita."

"Sa-sayang."

"Begitu, istriku yang mansi." puji Mew seraya tersenyum lebar.

Dengan tangannya yang mulai menghangat Mew mengangkat dagu Gulf, mencegak Gulf untuk menyembunyikan wajahnya. "Ratuku tidak boleh tertunduk, aku akan menjaga mahkotamu, tidak boleh jatuh."

"Hari ini, kau pasti sangat lelah kan?" tanya Mew seraya tersenyum dengan tangannya yang dengan sabar mengusap lembut punggung tangan Gulf.

"Kau masih tidak mau membagi kesulitanmu padaku? Apa aku masih tidak berhasil mengembalikan kepercayaanmu padaku?"

"Tidak," sahut Gulf pelan seraya menyeka air mata Mew.

"Aku melihatmu lagi, hari ini dan hari-hari sebelumnya, kau menemui Kao, di apartement miliknya.

ENNUITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang