ENNUI BAGIAN XVI

1.1K 144 46
                                    

Mobil berwarna merah yang biasa mengantar Win hingga ke depan gerbang sekolah kembali menjadi sorotan, para siswa bahkan orang tua terkagum.

Secerah warna mobil yang mereka kendarai, keluarga mereka benar-benar membuat iri dengan kilau yang cantik tak tertandingi.

Anak-anak yang kini tengah berangkat mandiri pasti iri, salah satunya adalah Mili. Gadis yang tempo hari mengalami kecelakaan itu baru saja melewati Win tanpa memberi sapaan.

Mengejutkan memang, Win pikir Mili tidak akan membaik sampai beberapa minggu kedepan. Tapi ternyata Mili bisa bersikap biasa saja meskipun lengannya masih di gips dan ada plaster di keningnya.

"Pa, dad. Win masuk dulu," pamit Win. Ia buru-buru bukan tanpa sebab, tapi ia tertarik dengan keadaan terkini Mili. Metode pengobatan apa yang orangtuanya ambil hingga dia bisa pulih secepat ini? Apa dia cukup sehat untuk kembali sekolah?

"Belajar yang rajin," ucap Gulf mengusap pipi putranya.

"Nikmati waktu Win yang berharga," ujar Mew yang baru menyerahkan sebuah paper bag berwarna coklat tua.

Win tersenyum melihat benda yang menggelantung di uluran tangan Mew, hadiahnya tak pernah Mew lupakan.

"Terimakasih, daddy." ucap Win sesaat setelah menerima pemberian dari sang daddy.

"Sama-sama," balas Mew singkat seraya mengusap rambut putranya yang beranjak remaja.

"Bye!" seru Win seraya berlari memasuki gerbang yang masih terbuka lebar.

Mew menghela nafas didisela senyum penuh rasa bangganya. "Win benar-benar sudah hampir besar, dia tidak memelukku di tempat umum lagi." ucap Mew yang masih betah memperhatikan punggung Win dari kejauhan.

Gulf tertawa kecil. "Kau merajuk pada putra kita?" ejek Gulf yang berdiri tepat di samping Mew.

Mew memajukan bibirnya, menatap Gulf yang juga tersenyum bahagia di sampingnya.

"Tidak masalah, selama kau ada di sampingku." Mew melingkarkan sebelah tangannya di pinggang Gulf, menariknya sedikit agar Gulf bisa merapat ke arahnya.

"Kau tidak akan menghindar meski aku memelukmu di tempat umum, kan?" tanya Mew yang kemudian menyandarkan dagunya di pucuk kepala Gulf.

Bibir berwarna pink milik Gulf sedikit mengerucut ketika ia mengulum senyum, Mew bersikap terlalu manis.

"Ayo pergi ke toko, karyawan lain mungkin sudah menunggumu." Mew membuka pintu mobil, mempersilahkan pangerannya untuk masuk dengan nyaman tanpa kendala.

"Terimakasih, suamiku." ucap Gulf sebelum Mew menutup kembali pintu yang sebelumnya ia buka.

"Sama-sama, jangan lupa sabuk pengaman."

••• • •••

Sepasang kaki tengah berlari kuat, membawa tubuh yang dipenuhi rasa penasaran.

"Hai, Mili." sapa Win saat ia berhasil mengimbangi langkah Mili.

Mili tak menjawab Win, tak juga menghentikan langkahnya. Yang gadis itu lakukan hanya terus berjalan santai tanpa menghiraukan teman sekelas yang terengah-engah akibat menyusulnya.

Win tidak menyerah, gadis itu baru saja mendapatkan pengalaman buruk, mungkin ia masih sulit untuk fokus. Ditambah lagi Win menjadi saksi pertengkaran orangtuanya, Mili pasti kesal padanya.

"Bagaimana kabarmu?" tanya Win lagi.

Seketika langkah gadis itu terhenti, sebelah tangannya yang terlihat tanpa luka mengepal kuat. Perlahan ia menghembuskan nafas, meredupkan sorot matanya yang menyala sebelum kembali mengabaikan Win dan melanjutkan langkahnya.

ENNUITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang