ENNUI BAGIAN XXVIII

1K 137 53
                                    

Sepasang netra tak dapat teralihkan dari wajah insan yang tengah terlelap disampingnya.

Wajah sangar, jiwa angkuh. Gulf masih tersenyum ketika mengingat bagaimana Mew luluh padanya, menjadi sosok hangat yang penuh sayang dan sabar untuk membangun rumah yang nyaman untuk ditinggali.

Gulf sama seperti Mew, tak ingin pernikahan mereka sia-sia hanya karena gangguan kecil seperti perselingkuhanya dengan Kao.

Gulf hanya perlu tempat untuk beristirahat, ruang yang baginya hanya Kao yang bisa menyediakan itu.

Gulf tak merasa akan adanya pihak yang dirugikan, bagi Gulf seharusnya Mew cukup bersyukur sebab Kao lah Gulf tak perlu mengeluhkan apapun padanya. Dengan begitu hanya ada kehangatan dan pengertian yang pasti dirumah mereka.

Terlelapnya Mew menyadarkan Gulf tentang satu hal, ciuman Mew yang berikan padanya.

"Sebegitu sukanya kau padaku?" gumam Gulf seraya mendekat ke arah pria yang tengah berada di alam mimpi itu. Gulf tersenyum, mengecup kening dan pipi Mew sebelum akhirnya merebahkan diri di lengan Mew dengan tangannya memeluk tubuh pemberi sejuta kehangatan.

"Kita sama-sama tidak bisa hidup tanpa satu sama lain, Mew.

Apapun yang aku lakukan bersama Kao, kau seharusnya tidak perlu memikirkan itu atau menjadikannya sebagai penghambat dalam hubungan kita.

Percayalah pada ucapanku, agar kita bisa melalui semuanya seperti sedia kala, seperti saat kau sama sekali tidak mengetahui tentang apapun.

Prasangkamu tidak akan berati apa-apa selain hanya akan merenggangkan kita."

••• • •••

Dahi dari sebuah wajah berkerut saat cahaya mentari mengusik tidurnya yang lelap.

Mew mengerjapkan mata, merasakan kebas pada lengan yang semalaman suntuk dijadikan oleh Gulf sebagai alas untuk menopang kepalanya.

Sisi kasur disamping Mew kosong ketika ia meraba. Benar, Gulf mungkin sudah berangkat ke toko.

Setelah mengumpulkan nyawa, membersihkan diri hingga siap dengan setelan jas-nya, Mew berdiri berhadapan dengan foto pernikahannya yang berukuran cukup besar, memperhatikan dengan lekat wajah indah yang terpajang menghiasi dinding.

"Selamat ulang tahun, Gulf." gumamnya. Mew tidak akan melupakan lagi hari berharga dalam hidup pasangannya, sayangnya ia tak sempat mengucapkan secara langsung di awal hari. 

"Halo?"

"Iya, saya ingin membeli bunga yang seperti biasa. Bisakah anda menambahkan kue juga?"

"Kita sudah menjadi langganan, kau tau tokoku tidak menjual kue. Hahaha...."

"Begitu, maaf."

"Ulang tahun pasanganmu? Tidak jauh dari sini ada toko kue, kami bisa bekerja sama."

"Terimakasih banyak."

Senyum di wajah Mew sedikit memudar setelah ia mengalihkan panggilannya, putranya masih tak menjawab telpon darinya.

Mew mencoba untuk tersenyum sebelum mengangguk yakin, meyakinkan diri sendiri agar berhenti memikirkan hal buruk setidaknya hanya untuk hari ini.

Gerakan Mew dalam menyimpan kembali smartphone miliknya terjeda saat sebuah panggilan masuk, Art?

"Halo?"

"Mew, pimpinan bilang ada rapat dadakan. Aku tidak bisa menggantikanmu, ini hari libur ku."

"Oh? Aku belum di kantor, masih di rumah."

"Makanya kau harus ke kantor sekarang, hati-hati."

"Art, berarti kau di Toko Bunga Nill kan?"

ENNUITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang