ENNUI BAGIAN IV

1.4K 189 13
                                    

Cahaya matahari mulai memberanikan diri untuk menembus kaca jendela, mengusir mimpi-mimpi indah atau buruk dan memerintahkan setiap yang tidur untuk bangun.

Mew dengan wajah datarnya sudah terjaga jauh sebelum Gulf memiliki insting untuk bangun, retina hitam itu hampir tak berkedip menatap sosok yang terlelap di dalam dekapannya.

Pesan yang Gulf dapatkan tadi malam membuat tidur Mew tak nyenyak, bodohnya ia tak ingat sandi smartphone milik Gulf. Mew hanya terus menyiksa dirinya dengan tebakan-tebakan yang tak pasti, tapi kata 'love' itu bukan hayalan, Mew membacanya dengan jelas.

Perlahan Gulf mulai menggeliat, sudah waktunya untuk Gulf bangun dan menyiapkan apa yang keluarganya perlukan.

"Engh. Selamat pagi, Mew." sapa Gulf yang langsung tersenyum meski masih harus mengumpulkan beberapa upaya untuk membuka matanya lebar-lebar. Tidur Gulf selalu lebih nyenyak ketika Mew ada di sampingnya, terutama jika menggunakan lengan Mew sebagai bantalnya.

"Kau sudah bangun sejak tadi?" tanya Gulf seraya memeluk Mew dengan harapan mendapat balasan yang jauh lebih hangat. Alih-alih menjawab, Mew justru menyingkirkan tangan Gulf dan segera bangkit dari kasur.

"Kenapa?" tanya Gulf menatap Mew heran.

"Aku ingin mandi," sahut Mew singkat.

••• • •••

Setelah lebih dari sepuluh hari sarapan hanya ditemani oleh Gulf, Win begitu senang karena Mew akhirnya bergabung bersama mereka dan membuat meja makan terasa semakin lengkap.

Anak laki-laki itu menambah porsi makannya, memenuhi piringnya dengan sayur yang biasanya selalu ia tolak ketika Gulf tawarkan. Namun tidak dengan Mew, ia hanya melirik cangkir teh yang baru Gulf sodorkan dan sama sekali tidak mengisi piringnya.

"Tidak perlu," tahan Mew ketika Gulf akan menaruh nasi di piring Mew.

"Daddy tidak sarapan?" tanya Win seraya memperlambat gerakan mengunyah makanan dalam mulutnya.

"Daddy masih kenyang," sahut Mew pelan.

"Kenapa, Mew? Kau tidak enak badan? Tidak usah kerja saja hari ini, istirahat dirumah. Aku akan merawatmu, aku akan bilang pada karyawan lainnya untuk tidak membuka toko." ucap Gulf yang langsung meraih smartphone miliknya.

"Tidak perlu, aku baik-baik saja. Kau sangat senang dengan pekerjaanmu, kau tidak bisa mengabaikan itu."

Win mencoba untuk menelan makanannya meskipun terasa sedikit sulit. Rasanya Mew dan Gulf baik-baik saja tadi malam, kenapa Mew menghindari Gulf lagi?

"Kalau tidak ingin makan nasi, kau ingin makan yang lain? Aku akan buatkan sandwich," tawar Gulf yang langsung bangkit dari kursinya dan menyegerakan diri untuk membuat makanan lain yang bisa Mew makan.

Mew hanya menghela nafas, Gulf selalu melakukan hal-hal yang membuat keadaan membaik menurutnya. Ia tak pernah mengeluh atau marah, dan itu membuat Mew berpikir bahwa Gulf mungkin benar-benar memiliki orang lain dibelakang rumah tangga mereka. Seseorang yang Gulf jadikan tempat berbagi mengenai rasa sakit dan lelah yang selama ini ia rasakan ketika bersama Mew.

Dengan senyuman yang tetap manis Gulf menyodorkan dua potong sandwich untuk Mew, berharap Mew tak menolak sarapannya karena Win sangat menantikan sarapan bersama keluarga mereka.

Mew masih menatap dingin hidangan di hadapannya, hingga smartphone miliknya tiba-tiba berdering dan mengharuskan Mew untuk mengangkatnya.

"Sarapan saja, aku akan langsung ke kantor karena ada keperluan mendadak." ucap Mew dingin.

ENNUITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang