ENNUI BAGIAN XXXI

1.2K 154 76
                                    

Gulf kembali merapikan pakaiannya sebelum melangkah melewati gerbang rumah, memastikan bahwa tak ada yang cukup mencurigakan darinya agar ia bisa bersikap lebih normal.

Dari jendela, Mew masih teguh memperhatikan langkah kaki Gulf yang mulai menuju ke arah pintu.

Mew tak bisa tersenyum lagi, apa yang membuat Gulf tetap santai padahal ia kembali ke rumah setelah lewat tengah malam?

Mew sengaja tak mengunci pintu, membiarkan semua lampu menyala dan tak menunggu Gulf di ruang tamu. Agar Gulf mampu melihat dengan matanya yang jeli itu bagaimana keadaan rumah mereka saat ini.

"Astaga," ucap Gulf pelan saat melihat berapa berantakannya ruang keluarga.

Gulf mendekati kue yang mengotori lantai ruang keluarga juga kelopak bunga yang kini tak ada artinya lagi.

Seakan pertanyaannya mendapatkan jawaban, Gulf menoleh setelah mendengar langkah kaki yang asalnya dari Mew tentu.

"Mew, kenapa ini?" tanya Gulf pada Mew yang kini berdiri di pertengahan anak tangga dengan wajah datar.

"Bukankah seharusnya aku yang bertanya? Darimana saja kau?"

"Aku, aku dari luar, merayakan ulang tahun dengan teman-teman ku." sahut Gukf yang mencoba untuk tetap tetang seraya mendekati Mew.

"Teman? Dimana? Di apartemen Kao?" ucap Mew terang-terangan.

"Tidak, Mew. Aku minta maaf karena pulang terlalu larut, salahku. Tapi aku-"

"Tapi? Kau akan mengelak lagi? Biar ku beritahu agar kau tidak perlu mengatakan salah paham lagi, aku menyadap smartphone-mu. Ini bukan yang pertama kalinya saat aku melihat navigasi mu menuju ke apartement Kao."

"Baiklah," sahut Gulf pasrah setelah terdiam beberapa saat. Ia tau ia tak kan bisa menang dengan menyangkal Mew. "Aku hanya merayakan ulang tahun ku di sana. Aku sendirian di rumah, aku pikir tidak apa-apa untuk merayakan ulang tahun ku."

Gulf mendekati Mew ketika suaminya itu mengangguk frustasi. "Sendirian?" ucap Mew tertawa kecil.

"Tapi kenapa rumah kita berantakan? Kenapa kuenya ada di lantai?" tanya Gulf dengan sangat hati-hati.

"Kenapa tidak tanyakan pada dirimu sendiri? Menurutmu kenapa Win melakukan itu?" tanya Mew datar.

"Win?" Gulf mencoba berfikir, sejenak ia kembali melihat posisi kue, Win melihat Kao?

Perasaan Gulf mulai cemas, ia akhirnya merasa gentar?

Apa dia mulai menyadarkan dirinya?

Gulf bukannya tidak tau kalau putra mereka adalah anak yang pintar mengatur sikap, kira-kira apa sebabnya hingga anak yang polos itu mampu memgancurkan kue ulang tahun papanya?

"Sekarang kau heran?" tanya Mew.

"Kau tidak seharusnya heran, bukannya kau yang mengatur semuanya? Membiarkan Win melihat foto Art didompet tanpa memberinya penjelasan apapun."

Gulf terdiam, Mew sudah tau? Apa Win memberitahunya?

"Mew, aku bisa jelaskan." ucap Gulf mendekati suaminya.

"Aku tidak mengerti dirimu lagi, Gulf. Saat kau tidak bisa menghargai ketulusan cintaku, aku masih bisa bertahan. Tapi kau menyalah artikan keikhlasanku."

"Mew...." lirih Gulf dengan mata berkaca. Sumpah! Gulf takut akan kenyataan bahwa Mew telah mengetahui semuanya.

"Apa kau tidak lelah?" tanya Mew lebih lirih.

"Setiap hari!" sentak Mew. "Setiap hari kau mencari sebab, mencari alasan untuk memenuhi hasrat gilamu!"

"Sayang...." lirih Gulf berderai air mata seraya memeluk lengan Mew, menggenggam jemari yang begitu tingin.

ENNUITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang