ENNUI BAGIAN XXXIII

1.2K 185 137
                                    

Bunga yang dulu pernah di tata indah didalam vas, kini mulai layu mengering dengan kelopak yang telah kusam.

Diruang kerjanya, Gulf duduk dengan menopang dahi menggunakan telapak tangan kiri sementara tangan kanannya terus mengetuk meja menggunakan pulpen, menciptakan irama yang tak jelas temponya.

Lima belas tahun lebih rumah tangganya bersama Mew, tetapi baru kali ini Mew melontarkan kalimat acaman.

Pria manis itu tau dirinya salah karena menjalin hubungan dengan orang lain dibelakang suaminya, tapi apa yang begitu salah jika hanya mencari selembar ketenangan?

Tok tok tok

"Pagi, sayang."

Gulf mengangkat wajah, memperhatikan sosok yang familiar itu dengan tatapan kegundahan.

"Kenapa terlihat sangat tidak bersemangat?" tanya Kao yang kini duduk di sudut meja kerja Gulf.

"Aku pusing, belakangan ini hari-hari yang kumiliki kacau."

"Kenapa?"

"Aku rasa Win melihat yang kita lakukan di halaman belakang. Bagaimana jika dia benar-benar melihat semuanya?" adu Gulf frustasi.

"Sayang, hey. Tenang dulu." Kao memegang pundak Gulf, memintanya tetap tegar.

"Bagaimana aku bisa tenang? Dia, Win menyayat pergelangan tangannya tadi malam, itu pasti karena aku mengatakan padanya bahwa Mew dan Art memiliki hubungan. Win sudah tau kebenarannya, semuanya. Aku hancur Kao."

"Kau hancur karena kau mengira itu terjadi pada dirimu. Kau hanya lelah, kau biasanya menceritakan semuanya, ayo cari jalan keluarnya bersama jika memang memungkinkan."

"Tidak ada jalan keluar jika sampai Win kecewa padaku.

Mew sangat berharga untuk Win, aku papanya, tapi Win melebihkan segalanya pada Mew dan aku tau betul tentang semua itu.

Lalu aku membuatnya membenci Mew dengan tuduhan ku, kenapa aku tidak berpikir sebelum mengatakannya?

Aku tidak mau Win membenciku, aku harus bagaimana?"

"Jika Win memang sangat sayang pada Mew, bukankah Win tidak akan mencurigai Mew?" Kao tersenyum, meyakinkan Gulf bahwa apa yang telah terjadi bukanlah kesalahannya.

"Tidak, Kao. Mereka menyiapkan kejutan untukku, Win membawa semuanya pulang, kue dan bunga.

Win kemudian merusak itu, ruang keluarga sangat berantakan, aku yakin dia melihat kita, tempatnya merusak kue itu... bagaiaman bisa aku tidak menyadari keberadaan putraku?

Kecurigaan Mew padaku semakin besar, dia membentak ku, dia meminta aku untuk pulang cepat mulia sekarang, dan jika dia tau bahwa aku dan kau ... dia bilang ini peringatan terakhir.

Argh! Ini membuatku gila!'

Kao turun dari meja, mendekati Gulf yang duduk di kusi kerja dan mendekap tubuh rapuh diahantam dilema.

"Sayang, jika Mew memberimu peringatan, biarkan saja. Kau punya aku disini, aku tidak akan meninggalkanmu."

"Tidak bisa seperti itu, Kao. Aku mencintai suamiku." Gulf mengusap wajahnya dengan gusar, lagi.

Hati memang tak pernah bisa disingkronkan dengan logika manusia berakal, keegoisan adalah hal paling rumit jika menyangkut cinta, terutama yang segi tiga.

"Aku tidak bisa kehilangan Win, aku tidak mau."

"Lihat aku," ucap Kao seraya menangkup wajah Gulf dengan kedua tangannya.

Cup.

Kao mengecup kening Gulf cukup lama sebelum mereka kembali saling beradu tatap.

"Daripada menganggapnya sebagai hal yang menakutkan, kenapa tidak gunakan itu untuk mendukung situasimu?"

ENNUITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang