ENNUI BAGIAN XXVI

1K 135 76
                                    

"Kurasa kita harus bertukar jabatan saja agar lebih mudah," gurau Mew yang kini berjalan berdampingan dengan Art untuk melewati jalan menanjak agar dapat sampai ke tempat Art tinggal.

"Awas!" sergah Mew yang secara spontan menahan tubuh Art dengan sebelah tangannya ketika temannya itu akan terjatuh sebab tersandung.

Mew yang sebelah tangannya membawa sebuah kotak tertawa, Art selalu ceroboh dalam beberapa waktu.

"Hati-hati," ujar Mew kemudian.

"Bukankah Gulf juga sering jatuh dulu?  Hahaha ...."

"Iya, sekarang tidak lagi. Dia bisa berlari naik turun tangga dengan gesit bahkan sambil mengomel jika aku dan Win terlambat bangun."

Lagi, Win hanya bisa terdiam melihat bagaimana Mew memperlakukan Art.

Win terlanjur menarik kesimpulan secara sepihak, keinginannya untuk meminta penjelasan seakan luntur sebab semuanya terasa sangat jelas setelah apa yang ia lihat.

Akhir-akhir ini Mew benar-benar banyak menghabiskan waktu bersama Art, Win rasa. Padahal yang sebenarnya adalah Mew selalu terabaikan di rumahnya sendiri.

Mew sendiri bingung harus bersikap bagaimana lagi. Gulf masih tetap sama, mempertahankan Kao dibelakang Mew. Sekarang Win juga mengabaikannya.

Tapi pekerjaan adalah pekerjaan, Mew tak bisa lepas tanggungjawab begitu saja. Menyerahkan kepentingannya pada Art pun ada prosedurnya, tidak semata-mata langsung pindah tangan, disetujui, dan menetap.

Ada lebih banyak hal yang perlu Art pahami, itulah sebabnya Mew mengantarkan berkas yang jumlahnya dua kotak itu.

Meski bagaimanapun, namanya tetaplah kesalahpahaman. Win terlanjur mencerna bahwa Mew mengkhianati dirinya juga Gulf.

Win melangkah mundur tanpa semangat, menghampiri sepedanya lalu mengayuh alat transportasi miliknya itu.

Ia masih terseret dalam lamunan, tanpa ia sadari bahwa dirinya bersepeda terus lurus tanpa memperhatikan jalan dihadapannya. Hingga suara klakson yang memekakkan telinga menyadarkan Win.

Brak!!!

Win terdiam dengan wajah pucat setelah terjatuh tak jauh dari mobil yang berlawanan arah dengannya.

"Hey! Kenapa menyebrang tidak lihat-lihat?!" ketus pengendara mobil yang hampir mencelakai Win.

Tubuh Win terlalu lemah, ia tak bisa bayangkan bagaimana jika ia sampai terlindas.

"Win, tidak apa-apa?" tanya seseorang yang tidak asing.

"Maaf, lain kali kami akan lebih hati-hati." ujar Kao kepada pengendara mobil yang tadi memarahi Win. Pria itu membantu Win untuk berdiri juga menepikan sepeda Win.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Kao lagi untuk memastikan keadaan Win.

"Tidak apa-apa." sahut Win singkat.

"Lain kali hati-hati. Mau ku antar pulang?"

Win menggeleng dan kembali mendekati sepedanya, "aku ada kelas." ucapnya datar sebelum berlalu meninggalkan Kao.

Kao tidak tau sebesar apa rasa benci Win padanya, tapi Kao juga sedang berusaha untuk meluluhkan perasaan anak itu.

Kao tau betul bagaimana keadaan keluarga kekasihnya yang akhir-akhir ini memamas, lagipula Win sedang salah paham pada Mew, akan lebih mudah mengambil hati Win ketika kepercayaannya pada Mew sedang menurun.

Kao kembali kedalam mobil, ia menoleh ke arah bagasi sebelum memasang sabuk pengaman nya.

Seulas senyum menghiasi wajah Kao ketika ia menatap satu set komputer yang baru ia beli. Win suka game, kan? Kao tidak sabar untuk melihat bagaiaman reaksi Win setelah Kao kembali memberinya apa yang ia suka.

ENNUITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang