ENNUI BAGIAN VI

1.4K 168 37
                                    

Win menarik nafas dalam, menghirup sedapnya aroma menu sarapan mereka yang murni buatan tangan Gulf.

"Jangan berlebihan," sindir Mew menahan tawa.

"Baunya sangat enak, Win ingin makan saja sampai perut Win penuh." ucap anak laki-laki yang kini mulai mengisi piringnya dengan nasi.

"Nanti malah sakit perut," tegur Gulf mengingatkan putra semata wayangnya.

"Oke, papaku tercinta."

"Hanya papa tercinta? Daddy tidak?" tanya Mew kecewa.

"Daddy juga, Win cinta keluarga kita yang bahagia!"

Gulf ikut tersenyum menyaksikan kebahagiaan putranya. Setelah Mew mengutarakan kecurigaannya, semuanya kembali seperti semula. Perdebatan kemarin adalah yang pertama kalinya setelah sekian lama mereka bersama, dan Gulf merasa sangat beruntung karena berhasil meredam perselisihannya dengan Mew tanpa membuat Win khawatir.

"Win, hari ini berangkat dengan daddy saja oke?" tawar Mew setelah mereka menyelesaikan sarapan.

Gulf yang masih menenggak air minumnya melirik Mew, memang tak asing jika Mew ingin mengantarkan Win dan itu sangat wajar karena Mew adalah daddynya Win. Tapi hari ini seharusnya menjadi hari yang tidak biasa untuk Mew, Gulf berani berpikir begitu karena Mew menggunakan dasi berwarna merah.

Sejak diangkat menjadi direktur, Mew memberitahu Gulf bahwa akan ada hari-hari tertentu dimana Mew akan mengenakan dasi berwarna merah sebab pasti ada pekerjaan penting atau sangat formal. Gulf menghafal itu setelah Mew mengatakannya, hingga saat ini Gulf masih mengingatnya dengan baik.

"Sekolah Win memiliki arah yang berlawanan dengan kantor tempatmu bekerja, Mew. Apa tidak apa-apa? Aku khawatir kau akan terlambat. Aku senggang, aku bisa mengantar Win." ucap Gulf setelah menarih gelasnya kembali.

"Terlambat untuk apa?" tanya Mew.

Gulf tersenyum, "kenapa kau sering melupakan sesuatu akhir-akhir ini?"

Pria yang tak lain adalah papa dari Win itu bangkit untuk mendekati Mew, merapikan kerah jas suaminya dan meluruskan dasi merah yang sebenarnya sudah sangat sempurna tata letaknya. "Kau pakai dasi merah, kau punya rapat dengan CEO kantor?"

"Oh, iya. Sebenarnya bukan rapat dengan CEO, penyambutan pegawai baru." sahut Mew seraya tertawa kecil pada Gulf yang fokus merapikan jas yang Mew kenakan.

"Pegawai?"

"Iya, kantor meminta petingginya untuk merekomendasikan orang yang mungkin layak untuk dipekerjakan di divisi marketing." jelas Mew.

Gulf mengangguk dengan tangannya yang mulai menumpuk piring-piring kotor bekas sarapan, "kau merekomendasikan siapa?" tanya Gulf seraya berjalan ke arah kitchen sink.

Mew melirik ke arah lain, "aku?"

"Kau direktur, tidak mungkin kau tidak diminta untuk merekomendasikan seseorang jika kantor meminta para petinggi merekomendasikan." balas Gulf yang kembali ke meja makan.

"Seseorang, juniorku ketika masih berada di universitas."

"Art?" tebak Gulf singkat, padat dan jelas.

Gulf tersenyum manis menatap Mew yang membisu, sudah pasti junior yang Mew adalah Art. Mereka sama-sama mengenal Art, junior yang selalu mengandalkan Mew di setiap situasinya. Gulf kira orang itu sudah sadar setelah menerima undangan pernikahan Mew  dan Gulf, atau belum? Atau mungkin Mew yang memulai kali ini?

"Gulf," ucap Mew pelan seraya menggenggam tangan Gulf. Ia terus menatap mata Gulf, berharap Gulf akan berhenti membahas Art di hadapan Win. Bukannya Mew ingin menghindar atau sengaja menutupi semuanya dari Gulf, tapi itu akan menimbulkan kesan tak baik bagi putra mereka yang akan brangkat ke sekolah.

ENNUITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang