EPILOG

2.5K 229 69
                                    

Wajah datar yang tak lagi mampu mengekspresikan emosi, tangan dingin yang tak pernah dihangatkan, bahu rapuh yang dipaksa menopang begitu banyak beban tak terlihat dan tak ada satupun pertolongan berupa kehangatan yang sempurna.

Win akhirnya memberanikan diri untuk mematikan layar yang sedikitpun tak menampakkan gambar, melenyapkan semut-semut bising tak berarti pada televisi.

Buah pir? Sebotol soda? Win bisa membeli semuanya sendiri, tapi keluarga kecil yang hangat?

Anak laki-laki itu bukan lagi anak-anak sesaat setelah keluarga kecil yang ia punya runtuh dan menimpa mimpi-mimpinya yang penuh warna, semuanya hancur berkeping-keping bahkan tak menyisakan sebutir pun hal indah yang elok untuk dikenang.

Kelam, begitu pahitnya ketika Win harus menelan kenyataan tentang punahnya kepercayaan yang dimasa depan entah bagaimana cara menumbuhkannya lagi.

Bibir yang senantiasa datar itu akhirnya menampakkan garis lengkung, matanya yang indah menatap kembali buku yang dulu selalu ia isi ketika sang daddy menemaninya.

'Aku tidak akan mengucapkan selamat tinggal, sebab sebenarnya daddy tidak pernah pergi.'

Win pov:

Bahkan sampai cerita ini selesai, kisah yang sebenarnya masih berlanjut, dan rasa bosan itu tidak mau pergi. Banyak orang yang membaca ini, banyak juga yang berkomentar. Cerita ini memang buruk, kurasa. Namun, aku senang mendengar pendapat orang tentang tokoh terjahat dalam kisahku. Bagiku, duniaku sangat sempit. Yang sempit itu, aku ingin mereka tau bahwa aku telah lama usai.

Setiap orang adalah tokoh utama dalam cerita mereka, dan dalam cerita apapun itu, tidak ada yang tidak menginginkan akhir bahagia. Benar, bukan?

Aku dan kisah membosankan ini akan terus berlanjut, sebab kebahagiaan ku memilih untuk mati.





Aku Shin, cerita "ENNUI" (Perasaan Bosan) berakhir disini.

ENNUITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang