ENNUI BAGIAN XV

1.2K 143 61
                                    

Sepasang tangan terkepal erat didalam saku celana. Debaran jantung Mew selalu sama setiap kali ia menatap kilap dari bingkai foto pernikahan mereka yang tepajang di setiap ruangan.

Cukupkah semua ini menjadi jaminan bahwa mereka hanya mencintai satu sama lain?

Mew menoleh ke arah jendela. Dari tempatnya berdiri sekarang, Mew bisa melihat dengan jelas air kolam yang memantulkan setitik cahaya dari redupnya lampu.

Sepasang kursi yang terletak tak jauh dari kolam itu adalah saksi bisu dari betapa bodohnya Mew yang dengan mudah dipermainkan.

Mew tertunduk mengulum senyum, bahkan ia hampir menertawakan dirinya sendiri.

Sudah sangat tepat semua kecurigaannya, tapi Gulf membalikkan fakta dan bersikap seolah Mew lah yang kejam sebab telah menuduhnya. Lalu Mew percaya, merasa bersalah bahkan meminta maaf dengan tulus.

"Sayang," sapa Gulf yang langsung memeluk tubuh Mew dari belakang. Gulf memejamkan mata, memeluk Mew dengan sangat erat untuk melepaskan rasa rindu.

Mew sama sekali tak menjawab Gulf, tak juga membalas pelukan hangat nan erat itu.

"Kau sedang apa?" tanya Gulf manja sebab Mew yang menurutnya menjadi sedikit lebih pendiam.

Pria itu menyandarkan dagunya pada bahu Mew, "ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu?" tanya Gulf lagi.

Mew memutuskan untuk melepaskan pelukan Gulf dan berbalik untuk menatap wajah pasangannya itu.

Lagi-lagi Mew mematung dengan detak jantung yang kembali tak beraturan. Pikir Mew akan sangat mudah untuk bersikap biasa-biasa saja, tapi bayangan saat Kao mencium kening Gulf masih sangat jelas ketika Mew bahkan hanya menatap wajah polos Gulf.

"Kenapa?" Gulf mendingan, bertanya dengan suara yang amat pelan.

Perlahan Mew mengangkat tangannya, menangkup wajah pria yang sangat ia cinta.

Gulf hanya bisa tersenyum saat Mew mengusap lembut wajahnya dengan ibu jari, rasanya hangat dan menenangkan.

"Gulf, aku hanya akan memperbaiki diriku mulai hari ini. Karena aku adalah suamimu, bisakah kau membantuku untuk menjadi sempurna dalam hidupmu?" ujar Mew lirih.

Gulf mengangguk pelan dengan senyumnya, meskipun sejujurnya Gulf tak terlalu meresapi apa yang Mew ungkapan. Bagi Gulf, Mew mungkin sedang berusaha untuk meluangkan lebih banyak waktu.

Mew melekatkan bibirnya pada kening Gulf. Ditengah ciuman yang bertahan lama itu Mew menautkan ikrar jauh didalam lubuk hatinya, bahwa Mew akan menjaga ketat rumahnya dan tak akan membiarkan orang asing masuk dengan lancang untuk sekedar menyentuh satupun properti.

Mew sangat mencintai Gulf, rasa cinta itu nerbalik mencekik Mew ketika Mew berusaha untuk menaruh setitik saja rasa benci untuk Gulf.

Mew telah merantai tekatnya, ia akan mempertahankan Gulf demi keluarga mereka. Mew percaya bahwa apa yang Gulf lakukan hanyalah ketidaksengajaan yang terjadi akibat kelalaian Mew sendiri, itulah sebabnya Mew melarang dirinya untuk menyerah. Karena Mew merasa dirinya adalah penyebab utama cacat keluarga mereka yang dulu baik-baik saja.

"Aku sangat mencintaimu sampai rasanya ingin mati," ucap Mew lagi ketika mendekap tubuh hangat Gulf.

"Kurangi sedikit rasa cintamu, aku tak ingin kau mati karena mencintaiku." balas Gulf yang menikmati pelukan Mew.

"Jika memang aku harus mati karena mencintaimu, aku tidak keberatan. Tapi kau harus janji, daddy baru Win harus lebih baik dariku."

"Mew!" protes Gulf dengan alisnya yang menukik tajam. "Masa bodoh, aku tidak akan mencari penggantimu. Kau mana bisa digantikan? Aku akan mati bersamaan dengan waktu kematianmu." sambung Gulf seraya membalas pelukan Mew.

ENNUITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang