ENNUI BAGIAN XXXV

1.3K 184 74
                                    

Mata hari terbit, memerintahkan kepada yang tidur untuk dapat segera bangun dan memulai hari. Namun, itu sama sekali tak berlaku untuk anak laki-laki bergigi kelinci yang terjaga semalaman.

Win memilih untuk bangkit dari baringnya yang sama sekali tak mengurangi penat, memilih untuk mandi dan mengganti seragam yang melekat ditubuhnya sejak kemarin.

Tok tok tok

"Sayang? Win, bangun nak. Sekolah, nanti kesiangan."

Tok tok tok

Win menarik gagang, menampilkan dirinya yang sudah rapi, seolah ia benar-benar siap untuk 'mengawali' hari.

"Ternyata putra daddy sudah siap?" puji Mew pada putranya yang tersenyum di ambang pintu.

Dengan tangannya Mew merangkul pundak sang putra, menuntun jagoannya untuk dapat pergi ke ruang makan, tempat dimana Gulf telah siap dengan beberapa menu sarapan dan secangkir teh untuk Mew.

Harmonis, kelihatannya.

"Selamat pagi, sayang." sapa Gulf.

Meskipun semuanya dipaksakan, tapi mungkin tidak masalah daripada tidak sama sekali.

Win tak bisa mengalihkan pandangannya dari Mew, daddy-nya itu kini sedang memegang cangkir teh yang baru Gulf sodorkan.

"Daddy," ucap Win pelan setelah suapan terakhirnya.

"Hm? Kenapa?"

"Win ingin diantar daddy saja ke sekolah, nanti pulangnya bisa sendiri."

Mew dengan senang hati mengangguk, apa yang tidak jika untuk putranya?

"Bisa kita pergi sekarang?"

"Tentu, ayo! Jangan lupa minum."

"Papa."

"Hm?" sahut Gulf saat Win mendekatinya, tiba-tiba saja Win memeluk Gulf dengan sangat erat.

Gulf bisa merasakan pelukan Win, sangat hangat. Ia merindukan semua tentang putranya, sebab Win banyak mengabaikannya belakangan ini.

"Win sangat sayang pada papa, meskipun sup kentang buatan papa sering asin, tapi itu adalah makanan favorit Win. Win tidak bisa hidup tanpa masakan papa, Win tidak bisa makan apapun jika tidak memakan masakan papa sehari saja."

Mew memalingkan wajah. Apa yang Win ucapkan seharusnya menjadi kalimat yang sangat manis, tapi kenapa malah mengiris hatinya?

Cup!

"Win sayang keluarga kita," ucap Win dengan senyuman setelah mencium pipi Gulf.

"Iya, nak. Papa juga sayang Win."

"Daddy, ayo berangkat!"

"Ayo!"

"Eits, daddy lupa sesuatu?" ujar Win menatap Mew.

"Daddy lupa memeluk papa," ucap Win lagi seraya menggenggam tangan Mew, mengarahkan untuk dapat lebih dekat dengan Gulf.

Jika bisa meminta, bolehkan Tuhan berikan luka fisik saja yang besar pada Mew? Mew tidak sanggup menghadapi perasan putranya.

Mew menghela nafas, mencoba menguatkan hatinya sekeras yang ia bisa.

Perlahan Mew mendekat ke arah Gulf, melingkarkan sebelah tangannya di pinggang Gulf dan meletakkan sebelah tangan lainnya lagi untuk menahan kepala Gulf, mendekapnya dengan penuh ketulusan.

"Daddy," bisik Win. Anak laki-laki itu tersenyum seraya menunjuk dahinya setelah Mew menoleh, memberi isyarat agar Mew bersedia mencium kening Gulf, seperti hari bahagia yang dulu pernah mereka lalui.

ENNUITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang