ENNUI BAGIAN XI

1.2K 151 39
                                    

Matahari yang cerah dan hangat bukanlah patokan untuk lancarnya suatu hari, hanya karena awan mendung ikut campur, bukan berarti hari itu hancur.

Koridor yang seharusnya sepi sebab bel telah berbunyi justru ramai oleh barisan siswa-siswi yang memanjang rapi seraya membawa kamus juga beberapa buku ditangan masing-masing.

"Mana kamus kamu?" tanya Sam - guru berperawakan kurus yang sedari tadi berdiri di ambang pintu.

Bai yang menerima pertanyaan hanya bisa cengengesan, memang salahnya sebab melupakan kamus dikelas bahasa Inggris.

Metode mengajar yang Sam gunakan memang aneh, seluruh penghuni kelas harus keluar ruangan dengan membawa perlengkapan belajar pada mata pelajarannya. Entah itu buku tulis, buku paket, kamus atau tugas. Jika ada satu saja yang tertinggal, maka tak akan dizinkan untuk mengikuti kelas.

"Pergi bersihkan lapangan basket!" sentaknya pada Bai yang masih diam di tempat.

Win hanya bisa mengangkat kedua bahunya. Selain ia suka bahasa Inggris, Win juga tak punya bekeranian sebesar yang Bai punya.

Tidak harus menjadi anak super baik untuk mengerti tentang pentingnya etika belajar, membangkang kepada guru bukan hal positif dan Win tidak bisa meniru itu.

"Win?"

Anak laki-laki itu mengulurkan tangannya yang dipenuhi oleh tumpukkan beberapa buku.

Si guru tersenyum, Win tak pernah membuatnya kecewa sejauh ini.

"Lanjut!"

••• • •••

Denting jarum seirama dengan ketukan jemari seorang pria yang tengah duduk dikursi kerja, meja yang dilapisi oleh kaca memantulkan bayangan wajahnya yang sempurna.

Seulas senyum menggoda terpajang indah diwajahnya ketika derit pintu terdengar jelas disusul oleh langkah pelan tapi pasti.

Roda kecil pada kursi berwarna hitam itu berputar ke belakang saat yang mendudukinya memberikan sedikit dorongan.

"Siang, Kao." Gulf berucap manja seraya mendudukkan bokongnya di pangkuan Kao.

Sepasang tangan yang Kao miliki terlihat pas ketika bertengger di pinggang ramping Gulf, memberikan sambutan hangat pada sangat kekasih tercinta. "Siang, sayang."

"Kenapa kau disini?" tanya Gulf mengulum senyumnya. Seharusnya Gulf tak perlu menanyakan apapun pada Kao, sebab sudah jadi hal biasa jika Kao menunggu di ruang kerjanya.

"Tentu untuk menemuimu. Karena Mew tidak ada dirumah, bukankah itu artinya aku bisa sering berkunjung ke rumah kalian? Hm?" goda Kao dengan jari telunjuknya yang mulai menyentuh ujung hidung Gulf.

"Tidak bisa sering, ada Win." balas Gulf seraya melingkatkan tangannya di leher Kao.

"Kenapa dengan Win?"

"Dia putraku, Win sangat sensitif. Aku tidak ingin merusak konsentrasinya hanya karena memikirkan tentang alasan kenapa kau sering bertamu." jelas Gulf.

Kao memajukan bibirnya. Ia paham dengan apa yang Gulf maksud, Gulf tak ingin prestasi Win rusak. Tapi Kao sedikit kecewa, mereka seharusnya punya banyak alasan untuk menghabiskan waktu karena Mew sedang tidak ada. Tapi Kao juga sadar bahwa mereka tak akan pernah bisa untuk leluasa sebab hubungan mereka rahasia.

"Ada banyak waktu di siang hari, kita bisa mengobrol sepuasnya. Kau juga bisa datang ke ruangan ini kapanpun kau mau, kan? Jadi, jangan terlalu sering berkunjung di malam hari." ujar Gulf memberi saran.

"Aku tidak ingin mengobrol, bagaimana?" goda Kao mengeratkan pelukannya.

"Kalau begitu diam saja?" ujar Gulf balas menggoda dengan semakin merapatkan posisi mereka.

ENNUITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang