Rista memainkan sloki berisikan wine di dalamnya sambil menatap Jio yang sedang membantu karyawannya di bar.
Sudah 2 tahun pernikahan mereka, belum ada tanda tanda mereka akan mendapatkan momongan. Namun, tidak ada dari keluarga ataupun teman yang pernah menanyakan itu. Yah, karena Rista sudah tau dan mengenal orang orang yang tidak beretika sehingga ia selalu menghindari orang orang seperti itu.
2 tahun itu, mereka jalani dengan sangat bahagia. Mengembangkan karir masing masing dan berjalan jalan keluar negri.
"Selagi tuhan belum ngasih kita anak. Maksimalin buat jalan berdua. Aku juga masih belum puas nikmatin masa masa ini." Ucap Rista tersenyum menjawab pertanyaan Jio tentang anak.
"Ya aku tau. Tapi, bisa gak kalau kita mulai promil."
"Maksud kamu?" Tanya Rista sinis.
"Yahh maksud aku. Mungkin kamu gak hamil hamil karena." Jio menatap Rista agak takut.
"Karna apa? Gue mandul? Gila lu."
Entah mengapa Rista tiba tiba saja mengeluarkan perspeksi nya sendiri yang membuat dia marah. Dia menyimpan gelas koktail dengan kasar ke meja kemudian pergi keluar dari bar.
Belum sampai keluar bar, ternyata Rista sudah menggerakkan mobil nya menjauh dari bar. Jio tau, Rista benar benar marah dan ia tau bagaimana cara menghadapi Rista. Dia akan mencari Rista besok saja, jika sedang marah Rista benar benar tidak ingin ada siapapun yang mengganggunya. Lagi pula, Rista juga tidak akan macam macam. Jadi Jio tisak perlu khawatir.
....
Di selimuti kekesalan, Rista tak sengaja menyambar gitar yang di letakkan menyender di meja cafe. Membuat gitar itu terjatuh dengan keras dan seperti nya retak. Untung saja saat itu sudah jam 3 subuh, jadi tidak ada siapapun lagi di cafe selain anak anak band dan Riyan juga Poppy yang seperti nya masih betah disana.
"Anjing! Siapa yang naro gitar disini?" Tanya Rista, nada nya membentak menatap seluruh anak anak yang tadi nya tertawa karena sedang asik main kartu sekarang wajah mereka masam dan kebingungan.
"Napa lu Ta?" Tanya Poppy bingung.
"Gua gak nanya lu! Jangan bikin emosi deh lu semua. Anjing. Hah."
Semuanya diam saat Rista marah sambil memaki. Yah, begitulah Rista saat marah. Semuanya tau dan memilih diam saja dari pada di terkam oleh sang owner.
Rista yang masih emosi, apalagi di tambah dengan kejadian tadi membuatnya benar benar sangat marah. Ia membanting pintu kamar dengan sangat keras hingga anak anak yang ada di bawah bisa mendengarnya.
"Mba Ris pasti berantem ama Jio." Ucap Akel menatap anak anak dengan penuh keyakinan. Ia benar benar bisa membaca Rista dari wajah nya.
"Hmm, masalah apa ya? Baru kali ini deh kayaknya Mba Rista semarah itu bahkan sampai maki maki kita." Ucap Poppy, bingung.
"Kita mana tau. Udahlah, urusan rumah tangga. Ngapain sih kita urusin." Ucap Riyan.
"Ididihh, pinter ngomong juga nih anak soal rumah tangga. Nikah ae belom, jomblo mulu hahahaha." Ejek Akel menoyor kepala Riyan dengan telunjuknya.
....
Pagi pukul 9 lewat, Riyan dan Poppy sedang membersihkan dan merapikan cafe. Dua orang itu menyapa Jio yang masuk dengan tenang, meskipun terlihat jelas di mata nya ada kekhawatiran.
"Mba Rista di atas?" Tanya Jio.
"Iya, semalam pulang marah marah. Kenapa sih di...." Jawab Poppy terpotong karena pinggangnya di sikut Riyan.
"Iya Mba Rista di atas." Jawab Riyan buru buru.
Jio hanya mengangguk kemudian melangkah cepat menuju kamar Rista. Sebenarnya ia masih belum siap menemui Rista, takut jika Rista belum baik perasaannya. Tapi, dia sudah tidak tahan ingin segera meminta maaf ke istrinya itu.
Sesampainya di depan pintu kamar, ia langsung mengetuk namun tidak ada jawaban. Jio akhirnya memutar hendel pintu dan ternyata tidak terkunci. Ia mendapati istrinya masih tertidur pulas tanpa selimut, memperlihatkan lekukan tubuhnya yang hanya memakai celana pendek dan tank top."Gak dingin apa? Ac nya nyala gini gak pake selimut." Ucap Jio menutupi tubuh Rista dengan selimut.
Tidak ingin mengganggu Rista, ia kemudian membersihkan bekas rokok di atas nakas. Pasti Rista menghabiskan sebungkus rokok lagi.
"Ngapain lo disini?" Tanya Rista masih dengan suara khas bangun tidur.
"Gak apa apa. Cuma mau liat istri aku." Jawab Jio, matanya masih fokus membersihkan bekas bekas rokok yang ada di nakas.
"Gua gak mau di ganggu. Biar gua yang rapihin semuanya. Mending lo pergi deh."
"Emosian banget sih. Kamu pms?" Ucap Jio mendekati Rista.
"Gua gak mau di ganggu anjing!" Bentak Rista. Dia benar benar masih marah.
Jio maklum akan kesalahannya. Ia langsung beranjak dari kamar Rista tanpa menyelesaikan bersih bersihnya. Ia tak ingin membuat Rista lebih marah.
Belum sampai ia di penghujung pintu, tiba tiba Idam datang menyapa Jio dan Rista.
"Nih orang yah. Gitu amat lu jadi istri. Masa Jio yang beberes lu masih tidur cantik disini. Emang lu princes. Bangun lu gila." Ucap Idam, menaruh tas belanja nya sembarangan kemudian langsung menarik tangan Rista.
"Apaan sih lu ahh. Jangan ganggu gua."
"Ta, ini Idam datang baik baik loh."
"Diem lu. Gua suruh pergi ngapain masih disini?"
"Berantem lu berdua? Yaudah selesain dulu." Ucap Idam kemudiam membelakangi Rista.
"Dam. Jangan pergi dulu. Jio aja yang pergi. Lu disini aja."
"Gila lu yah. Jio itu suami lo. Gua gak mungkin lah disini sementara Jio lo suruh pergi."
"Dam. Plissss!" Pinta Rista.
"Yaudah. Gua keluar yah. Gua percaya kok sama lu Dam." Ucap Jio, wajahnya sedikit menahan emosi.
Jio akhirnya meninggalkan kedua sahabat itu. Ia tidak ingin egois, maka dari itu ia mengabulkan permintaan Rista. Lagi pula, ia percaya bahwa Idam dan Rista tidak akan menghianati persahabatan mereka.
Sementara itu, Rista meluapkan seluruh kemarahannya dengan berbincang bersama Idam. Meskipun 2 tahun bersama Jio, namun Rista masih tidak bisa tanpa nasihat Idam. Benar benar hanya Idam yang bisa membuat nya tersentuh dan mengerti. Idam bagaikan ayah nya. Lalu mengapa bukan Idam yang jadi suami nya? Yah karena Rista tidak menemukan perasaan itu di diri Idam. Mereka memang lebih cocok menjadi saudara.
CERITA INI AKAN DIPERCEPAT
SEMOGA AUTHOR KONSISTEN YAHH
BIAT CERITA NYA CEPAT END
I LOVE YOU READERSS:))mm