Ternyata masalah yang di rapatkan Rista dan anak anak band kemarin bukan lah masalah kecil. Yah, awalnya Rista fikir ini kecil. Namun kemudian masalahnya semakin rumit karena satu pihak akan segera membawa masalah ini ke pengadilan.
"Sorry gaes." Ucap Akel menunduk lemas.
"No, its okey Kel. Meskipun masalahnya jadi lebih rumit sekarang. Tapi lo jangan pernah salahin diri lo sendiri. Kita jalan sama sama yah. Saling ngedukung, okee." Ucap Rista tenang, ia mengelus pundak Akel menyalurkan kekuatan.
Yah, masalah yang menimpa mereka memanglah awalnya dari Akel. Sudah 3 tahun masalah ini tidak pernah terdengar lagi, sekarang muncul dengan kekuatan besar yang mengancam anak anak band dan berimbas juga pada cafe yang di bangun oleh Rista.
Ingat tidak masalah Akel dan Dina? Anak Dina sudah berumur 2 tahun lebih. Pastilah seorang anak kecil mencari ayahnya. Dina sudah memberitahukan semuanya ke keluarganya dan itu membuat keluarganya marah sampai membawa Akel bahkan cafe ke pengadilan.
...
Flashback beberapa hari yang lalu...
"Saya tidak akan berdamai. Saya akan membawa ini ke pengadilan! Lelaki biadap ini akan masuk penjara atas ketidak bertanggung jawabannya terhadap wanita yang telah ia hamili dan anak yang di kandung kemudian di besarkan sendiri oleh ibunya. Dan saya tau persis tempat ini lah yang menjadi tempat berbuat mesum. Kalian semua, akan tanggung akibatnya. Lihat saja nanti. Saya punya banyak bukti untuk menjebloskan kalian ke penjara dan memutus izin cafe ini." Ucap seorang lelaki paruh baya dengan emosi yang meledak ledak.
Saat sudah sedikit tenang, lelaki itu atau tepatnya ayah Dina mengambil dengan kasar sebuah map yang di pegang Dina. Dan meletakkannya ke meja depan Rista.
"Lihat! Ini semua adalah bukti bukti bahwa tempat ini dan orang orangnya tidak ada yang benar. Semuanya sesat dan kalian akan habis." Lanjutnya, nafasnya naik turun.
Rista hanya tersenyum. Sesekali ia menatap Dina yang hanya terdiam menunduk.
"Baiklah bapak, Dina, saya tunggu panggilan kalian untuk ke pengadilan. Silahkan! Atau mau saya antar ke depan?" Ucap Rista dengan nada ramah sambil berdiri.
"Benar benar tidak punya etikad baik. Saya bisa pergi sendiri." Ucap ayah Dina, menarik anaknya dengan kasar.
Rista hanya menurunkan kepala nya tanpa melepas senyum dan tatapannya ke arah Dina dan ayahnya.
.....
"Gua bisa bantu kok, kalian tinggal ngumpulin bukti bukti juga. Nanti aku panggil lawyer keluarga ku yah. Kalian tenang aja. Disini kita gak salah kok." Ucap Jio.
Rista hanya menanggapi nya dengan senyum kemudian berlalu naik ke kamarnya. Saat ini Rista tak ingin melakukan apa apa, ia hanya akan istirahat di kamar sampai esok hari dan menunggu keajaiban datang untuk dirinya.
Sekitar pukul 02:22 pagi. Rista yang tadi nya tidur tenang di samping Jio tiba tiba bangun dan masuk ke kamar mandi sambil mual mual. jio mendengar suara mual Rista dan bergegas ke kamar mandi sambil membawa air.
"Kamu gak apa apa?" Tanya Jio panik.
"No, baik kok. Mungkin aku kecapekan, banyak fikiran juga. Aku gak apa apa kok. Makasih." Ucap Rista berjalan meninggalkan kamar mandi sambil meneguk air dari Jio.
"Mending kamu istirahat aja dulu yah sayang. Beberapa hari ini kamu benar benar sibuk. Biar aku aja yang urus semuanya dulu. Kamu istirahat, kembaliin dulu energi kamu yah." Ucap Jio mengelus lembut pinggang Rista.
"Hmm, mungkin harusnya gitu. Yaudah tidur lagi yuk. Kepalaku agak pusing." Ucap Rista berbaring kemudian menarik selimutnya.
Siang itu, Jio bersama anak anak sedang berunding bersama lawyer Jio. Tiba tiba 3 orang polisi datang.
"Bisa bertemu dengan ibu Arista Tatriana? Kami membawa surat perintah penutupan cafe ini dan ini, surat tahanan untuk saudara Radean Fadlyzan atau saudara Akel."
"Loh loh pak, bukannya kita bisa menunggu sampai pengadilan dulu? Kenapa langsung ada penangkapan begini? Ini sepihak dong namanya." Ucap Akel, ia panik.
"Kami hanya menjalankan, dan saudara semua bisa mendapatkan penjelasan nanti saat sidang. Kami kemari hanya untuk membawa saudara Akel dan surat pencabutan izin buka cafe ini untuk sementara sampai sidang di pengadilan selesai." Jawab polisi itu.
Lawyer yang bernama pak Adi itu hanya memberi isyarat pada Jio agar mengikuti arahan dari polisi tersebut. Akhirnya Akel dengan berat hati harus ikut dan mendekam dulu di penjara selama waktu yang tidak di tentukan.
"Trus? Kalau cafe tutup? Gimana kita kerja?" Tanya Riyan menatap Jio.
"Tenang aja, gaji kalian akan tetap jalan. Tolong jangan ambil pusing yah, kasian Rista dia lagi sakit. Kalian yang semangat aja, gua sama pak Adi bakal menangin kasus ini. Sementara ini, kalian ngumpulin bukti aja barangkali ada dan bisa kita jadikan tuntutan untuk si Dina dan keluarganya itu." Ucap Jio tenang.
Jio meninggalkan anak anak setelah berbicara dengan pak Adi kemudian naik ke kamar untuk menemui Rista. Dia tau, saat ini istrinya masih memikirkan tentang masalah ini.
"Hy sayang." Sapa Jio memeluk pinggang Rista erat.
"Cafe udah tutup. Akel di penjara? Owner macam apa aku ini." Ucap Rista, mata nya murung. Benar benar putus asa.
"Ssstt. Sekarang kamu tenang aja. Aku yang akan urus semuanya."
"Gimana caranya aku tenang Yo? Apa yang akan aku kasih ke anak anak untuk makan mereka? Gaji mereka? Bahkan masalah ini udah sampai ke media. Malu tau gak gua. Gila gua lama lama. Perasaan masalah mulu yang nimpa gua. Apa sih salah gua." Ucap Rista berhambur ke pelukan Jio. Tidak lama, ia kehilangan kesadarannya.
....
Sudah hampir pukul 7 dan itu hari Minggu. Jio harus segera ke gereja untuk menunaikan ibadah namun Rista belum sadar dan tidak ada yang menjaga nya. Namun, karena ia seorang yang taat ibadah, ia langsung ke gereja samping rumah sakit dan menitipkan Rista ke suster jaga.
Di dalam gereja, suasana nya begitu damai. Orang orang sudah siap dengan pakaian rapihnya sambil berdoa. Jio tersenyum, ia menggenggam erat kalung rosario nya kemudian melantunkan doa dan tak berhenti menyebut nama istrinya.
"I know, saat ini kamu sedang di landa kesedihan yang luar biasa. But its okey. Bapa akan selalu ada bersama mu." Ucap seorang wanita yang sedari tadi berdiri di belakang Jio.
Jio tersentak, ia kemudian membalik tubuhnya untuk melihat siapaka wanita yang berbicara di belakangnya.
"Jenny? Kenapa kamu disini?" Tanya Jio, wajahnya panik.
"Tadi aku ke cafe. Tapi kata anak anak disana Rista masuk rumah sakit. Sebelum aku masuk, ehh aku liat kamu masuk kesini. Makanya aku ikut, sekalian ibadah," Jawab Jenny, wajahnya tenang. "Aku ingat, kita pernah ibadah bareng di salah satu gereja di Bali. And..." Ucapan Jenny terhenti saat pastor terlihat sudah bersiap untuk memimpin ibadah.
Jio menjauh dari Jenny, dengan khitmat ia menggenggam erat rosario nya sambil berdoa. Di sela doa nya, air bening lolos begitu saja dari mata nya. Ia menyayangkan dan menyesalkan semua yang telah ia perbuat sebelum ini dan sekarang dosa itu meminta pertanggung jawaban.
"Gimana kalau Rista tau?" Ucapnya pada diri nya sendiri.
Jio mengelap bekas air mata di pipinya kemudian segera keluar dari gereja agar tidak bertemu dengan Jenny lagi. Namun, saat masuk rumah sakit ia malah menemukan Jenny sedang berjalan bersama Rista. Wajah Rista masih terlihat pucat. Ia segera berlari kecil menghampiri istrinya.
"Kok udah keluar aja? Gimana sih dokternya?" Tanya Jio, memegang lengan Rista.
"Im okey sayang. Aku mau pulang aja." Jawab Rista.
"Semuanya udah di urus, nih surat dari dokter. Gue gak baca kok. Hmm, yaudah gue permisi yah. Take care yah Rista. See you." Ucap Jenny, berlalu.
NEXT??
BESOK BESOK
I LOVE YOU READERSSS:)
