Dengan wajahnya yang dingin, Rista berjalan tenang ke kursi depan meja hakim. Ia tampak tak ada beban sama sekali. Ia menikmati setiap ucapan ucapan pengadilan yang keluar dari mulut hakim.
Setelah di vonis hukuman penjara 5 tahun oleh hakim, ia tersenyum menatap hakim di depannya. Ia tau ia bersalah karena telah menghilangkan nyawa seseorang. Namun, ia masih bisa tenang karena ia bisa menebus hukumannya tersebut dengan uang.
Sidang selesai dan Rista kemudian di giring 2 polwan menuju penjara untuk di masukkan di sel kurungan. Malam ini ia harus menginap di sel karena urusan tebusan baru bisa besok di urus oleh Idam. Sebelum di masukkan di sel, Rista memeluk orang orang yang bersama nya saat itu.
"I love you sayang, lu bakal bebas besok yah." Ucap Jio masih memeluk Rista.
Rista hanya mengangguk sambil tersenyum. Ia kemudian berbalik badan untuk memenuhi panggilan polwan yang akan mengantarnya ke sel nya.
Dengan wajah yang dingin dan perban yang masih menempel di dahi nya, ia dengan tenang masuk ke dalam sel yang berisikan 3 orang wanita dengan penampilan yang lumayan acak acakan.
Rista duduk di kursi, tersenyum sambil menatap ketiga wanita yang menatap nya sinis.
"Heh, diem aja lu!" Ucap salah satu tahanan sambil menyenggol pelan bahu Rista.
"Emang nya gua harus apa?" Tanya Rista heran.
"Yah lu kenalin diri lu! Lu kan anak baru disini."
"Ohh, penjara juga kayak sekolah yah hahha." Ucap nya tertawa kecil.
"Eh kurang ajar lu yah." Tahanan yang tadi menyenggolnya marah dan menarik kera baju Rista hingga ia berdiri.
Rista diam saja, ia malas meladeni orang orang itu. Jelas saja, mereka tak sekelas dengannya.
Karena tak berkata apa apa, tahanan itu menampar wajah Rista hingga membuat bibirnya luka dan berdarah. Rista benar benar hanya diam saat di perlakukan seperti itu. Yah, dia tau bahwa ini lah konsekuensi nya masuk dalam penjara.
"Lu dingin yah. Gua Reta. Tahanan 4 tahun disini. Dia Anis dan Santi. Mereka baru 2 tahun. Lu hebat, gak ngelawan atau nangis pas gua pukul." Ucap Reta memukul bahu Rista dengan keras sambil tertawa.
"Hmm, gua Rista." Ucap Rista tersenyum.
"Lu kenapa di tahan?"
"Gua bunuh orang." Jawabnya dingin.
"Wihh, tampang kayak gini bisa nge bunuh juga yahh. Hebat lu sis haha."
Semuanya tertawa sambil menatap Rista yang hanya diam.
Malam itu Rista habiskan dengan bullyan 3 wanita yang satu sel dengannya. Esok harinya, akhirnya urusan penebusannya selesai dan ia di biarkan pulang bersama Jio yang menjemputnya.
Rista yang sudah di nanti anak anak di dalam cafe turun dari mobil bersama Jio. Wajahnya masih sedikit pucat, di dahi nya masih menempel perban karena luka nya masih basah.
"Ta, bibir lu kenapa? Perasaan waktu lu kecelakaan gak ada luka di bibir lu." Tanya Idam sedikit cemas.
"Oleh oleh dari teman satu sel." Jawab Rista santai.
"Hah? Apa apaan nge lukain mba Rista gua. Mana orangnya mba? Biar gua hajar." Kata Akel melototkan mata nya seakan ingin menerkam orang yang di ceritakan Rista.
"Sudah lah, Rista sekarang capek. Biarin dia istirahat." Ucap Jio menggiring Rista menuju kamarnya.
Saat berjalan beberapa langkah, Idam langsung menarik lengan Jio membuat Jio berhenti dan menatapnya.
"Biar Rista sendiri aja. Lu gak usah ikut naik. Gua ada mau ngomong sesuatu sama lu." Ucap Idam menatap Jio serius.
Rista hanya mengangguk menatap Jio kemudian pergi meninggalkan mereka semua.
Setelah sudah tidak terlihat dari balik pintu, semuanya bergegas melanjutkan rutinitas mereka. Idam mengajak Jio keluar untuk berbincang sambil merokok.
"Lu bener bener serius sama Ita?" Tanya Idam menatap Jio dalam.
"Yah seperti yang lu liat. Kenapa sih? Lu selalu tanya soal itu?"
"Sebenarnya tadi ayah, maksud gua bokap nya Ita nitip pesan. Dia gak restuin hubungan kalian."
"Hah?"
"Hmm, dia suka sama lu. Perhatian lu ke Ita, kasih sayang lu, dan tanggung jawab lu dia senang sama semua yang lu lakuin ke Ita. Tapi," Idam terhenti saat melihat ada kesedihan di mata Jio. "Lu ngerti kan? Apa yang gua maksud." Lanjutnya sembari meletakkan puntung rokok di asbak.
"Mencintai Rista udah bagian dari hidup gua. Agama dan tuhan, juga bagian dari hidup gua. Mencintai Rista dan agama gua itu layaknya memilih telinga atau hidung, kalau gua cuma pilih salah satu nya dan mengorbankan yang lain artinya hidup gua bakal gak lengkap." Ucap Jio, matanya terlihat benar benar di ambang ke bingungan.
"Tapi lu gak bakal selama nya ngejalanin hubungan pacaran sama Ita, Yo. Lu harus nikahin dia buat buktiin keseriusan lu. Dan di hari itu, di antara kalian berdua harus ada yang melepaskan agama. Itu udah jadi syarat hukum bukan di agama lu ama agama Ita?"
Jio menelan saliva nya dan mengusap wajahnya kasar. Ia meninggalkan Idam tanpa kata kata. Entah kemana pergi nya, ia menggerakkan mobilnya keluar dari pekarangan cafe. Sementara Idam hanya menatap nya kasian.
MBA RISTA COME BACK
MAAF YAH READERSS YANG MUNGKIN SENANG DAN SELALU MENUNGGU UP MBA RISTA..
ENTAH MENGAPA SETELAH MELIHAT READERS NYA MBA RISTA BERTAMBAH JADI SEMANGAT LAGI BUAT LANJUTIN CERITA INI HEHHE.
BTW VOTE KALIAN JUGA MENAMBAH MOOD AUTHOR LOHH..
I LOVE YOU READERSS:)
