18

67 3 0
                                    

"Sementara menunggu kopi tersaji, rinduku resah sendiri, mengaisi embun pagi, berharap menemukan dirimu di sela berbatu".

Sudah dua hari setelah kepergian Ibu nya, Arista tidak mau beranjak dari kamar, makan pun kadang di paksa baru dia mau.

Kehilangan ibu memanglah hal yang sangat

menyakitkan. Sekarang, Rista bagai langit malam yang tidak di sinari rembulan.

"Gua kangen Ami".
"Ami jg pasti kangen kok ama lu Ta. Tapi lu juga gak bisa egois gini,, lu mau Ami tenang kan? Udah,, lu harus ikhlasin kepergian Ami". Idam mengusap lembut punggung Rista.

Jio yang sedari tadi hanya duduk diam melihat pemandangan Idam yang sedang membujuk Rista untuk tidak sedih kemudian bangkit dari duduknya.
"Lu gak capek Dam? Biar gua gantiin lu jagain Rista".
"Ohiya,, sini Yo. Gua mau mandi dulu".

Idam beranjak dari duduknya keluar kamar meninggalkan Rista dan Jio berdua.
"Kapan pulang? Anak anak katanya kangen ama lu".
"Besok. Gua juga udah capek berlarut larut sedihin Ami". Jawab Rista dengan tatapan kosong.

YANG SABAR YAH MBA RISTA..
WE LOVE YOU KOK HEHHE,,

"Jangan lupa pesan pesan almarhuma yah nak,, hati hati disana. Jaga diri kamu, sering sering kesini jengukin makam ami". Ayah Rista memegang kedua pundak Rista kemudian mencium kening anak semata wayang nya itu.
"Maafin Ita Pi. Api juga jaga diri baek baek disini. Ita sayang Api". Rista memeluk erat tubuh ayahnya.

Rista menyalami semua tante tante dan om nya kemudian beranjak meninggalkan mereka dan naik ke mobil bersama Idam dan Jio.
"Sakit banget yah di tinggalin Ami. Sumpah gua gak pernah se kehilangan ini. Rasanya gua udah kayak ampas tanpa Ami". Tatapan Rista kosong ke depan. Di sampingnya ada Idam yang sedang menyetir mobil menggenggam erat tangannya meyalurkan kekuatan untuk sahabat nya.
"Sabar Ta. Semua yang hidup kan akan mati".

Jio yang duduk di kursi belakang hanya terdiam,, terlihat di mata nya dia sangat cemburu melihat betapa romantis nya dua sahabat di depannya.

Sore itu mereka sampai si cafe, sudah lumayan ramai. Rista berjalan melewati para tamu menatap anak anak band yang tersenyum menyambut kedatangannya. Meski mata nya masih bengkak,, wajahnya masih terlihat sangat cantik.
"Jio lu bawa Ita naik ke kamarnya yah, gua bantuin anak anak nge band entar malem". Idam kemudian di angguki Jio.

Jio menghampiri Rista yang sudah duduk di atas ranjang empuk nya. Di dalam kamarnya yang bersih rapih bernuansa hitam putih. Itu kali pertama Jio masuk ke kamar Rista.
"Ta,, gua boleh cemburu gak?". Spontan Jio tanpa basa basi.
"Cemburu?". Rista menatap Jio bingung.
"Iyah, gua cemburu ngeliat Idam bisa dekat banget ama lu, sedangkan gua cuma bisa natap kalian berdua tanpa bisa ngelakuin apa apa".
"Maksud lu apa sih Yo". Rista menatap dalam mata biru pekat Jio.

Tanpa aba aba, Jio langsung mencium bibir Rista. Rista diam sesaat setelah sekilas bibir Jio menyentuh bibir Rista.
"Gua sayang sama lu Ta, gua punya perasaan lebih jauh lebih dari teman ke lu".
"Lu gila yah".

Rista menelan saliva nya. Saat ini wajah mereka sangat dekat. Rista belum bisa mengeluarkan lanjutan kata kata nya tadi, ia bingung.

NAHH HAYOO LOHH WKWK..
NUNGGUIN YAKK??

HEHHE SORRY GAESS GW TELAT UP:"
2 MINGGU INI AUTHOR LAGI BANYAK KETIMPA MUSIBAH,, MAKANYA MOOD BUAT NGETIK CERITA HANCUR BANGET..

TUNGGUIN UP MBARISTA SELANJUTNYA YAHH..

I LOVE YOU READERSSSS:))

MBA(RISTA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang