"Jika yang suci selalu putih, maka tak ada kopi di antara kita"
"Maaf mas, tapi cafe kami masih belum buka". Riyan yang sedang memegang pel menegur seorang lelaki yang dengan tenang berjalan masuk.
Lelaki itu berbaju kaos oblong dengan celana gombrang dan rambutnya yang teracak rapih, kulitnya putih bersih menatap Riyan kemudian berbicara.
"Rista mana?".
"Ohh cari mba Rista,, tunggu yah mas saya panggilin dulu". Riyan menyimpan pel nya kemudian berjalan menuju office dan naik ke kamar Rista memanggilnya.Tidak lama kemudian, Riyan turun sendirian.
"Tunggu yah mas, mba Rista baru bangun".
"Iyaiya".Seperti sudah membaca dari pergerakan Riyan, lelaki yang duduk santai menatap sekeliling cafe itu berbicara tanpa menatap Riyan yang sedang berjalan menuju bar.
"Kalo mau bikin minuman buat gue, jangan bikin kopi yah, gue gak suka kopi,, terlalu gelap buat mulut gue yang cerah".
"Lemon tea aja Yan. Bikinin latte buat gua". Rista dari balik pintu office berjalan dengan tegak nan menawan menuju meja tempat lelaki itu duduk.
"Masih ingat kesukaanku ternyata". Ujar lelaki itu tersenyum menatap Rista.
"Hhhh,, gua inget kok. Tenang aja,, gua masih muda dan memory internal gua masih aktif". Jawab Rista penuh wibawa memberikan senyuman yang sulit di artikan oleh siapapun.Lelaki itu adalah Fidlan,, mantan pacar Rista 3 tahun lalu..
Flasback Rista 3 tahun lalu......
Rista membuka kunci apartemen dengan tenang saat membuka pintu sungguh kagetnya ia mendapati seorang wanita dengan tanktop dan celana pendek sedang duduk di sofa depan tv sambil memainkan handphone.
"Hey". Sapa Rista tenang sambil tersenyum meskipun di kepala nya menyimpan banyak pertanyaan.
"Lo siapa? Kok bisa masuk disini?". Tanya wanita itu berdiri dari duduknya menyimpan hp nya.
"Emm,, gua Rista. Ian mana?". Tanya Rista
"Mmm,, Fidlan keluar sebentar". Jawab wanita itu dengan nada sombong.
"Lu??". Rista menunjuk pelan wanita itu dengan nada sangat bingung
"Gue pacarnya Fidlan, lu siapa sih?".
"Umm,, gua Rista. Sepupunya Ian". Jawabnya tersenyum.Hancur gak tuh?? Sakit kan?? Banget anjim!!
Rista mencoba tersenyum menyembunyikan sakit hati nya. Dia berusaha tetap tenang di depan selingkuhan pacarnya dengan mengakui dirinya sebagai sepupu pacarnya.
"Iyah,, gua kesini cuma mau ngajakin Ian jalan doang. Ehh tau nya ada pacarnya disini hahha". Rista meminum air putih yang dia ambil sendiri di kulkas.
"Oohh,, jadi lo sering kesini dan sering jalan ama Fidlan?". Tanya wanita itu duduk santai di sofa sebelah.
"Iya, gua ama Ian itu deket banget. Emm,, lu udah berapa lama ama Ian?". Rista masih dengan wajah ceria.
"Yahh baru 4 bulan sihh".
"Lu sering kesini?". Rista masih terus bertanya dengan wajah bersahabat yang tidak memperlihatkan sama sekali kemarahan dan kesedihannya.
"Emm gak juga,, gue kesini kalo Fidlan mau aja hahha. Biasalah cowok, lo juga ngerti pasti".
"Umm iyaa, ngerti kok gua". Jawab Rista tersenyum.Hampir sejam mereka ngobrol dan sepertinya sudah sangat akrab. Rista banyak sekali mendengarkan permainan pacarnya di belakangnya lewat selingkuhan pacarnya itu.
Rista marah,, kecewa dan sangat sedih. Namun mau bagaimana lagi? Dia harus menerima kenyataan pahit kalau pacarnya selingkuh.
Tidak lama kemudian,, pintu apartemen terbuka memperlihatkan seorang lelaki dengan badan tinggi dan kekar berdiri menatap dua orang wanita yang sedang duduk santai di sofa berbincang sambil tertawa.
"Ehh, Ian. Lama banget,, gua ama pacarlu lama bat dah nungguin lu. Gua kira tadi lu sendiri disini makanya gua kesini mau ngajakin lu jalan. Tapi gajadi hahha. Yaudahh,, gua balik aja yak. Daaahhh". Rista mengambil tas nya kemudian pergi meninggalkan apartemen.Rista naik ke mobilnya, mengemudi dengan kecepatan sedang karna takut jika emosi nya meluap ia akan lupa diri.
Ia mampir ke sebuah cafe di pinggir kota, cafe tempat nya sering ngumpul bersama teman temannya.. Ia masuk ke cafe itu dengan wajah tenang tanpa ekspresi menghampiri teman temannya yang sedang bercanda di meja sudut.
"Lu baek baek aja Ris?". Tanya Dio
"Masalah apa Ris?". Reyan setelah menyeruput kopi nya.
"Pesenin gua bir alkohol 75". Rista berbicara tanpa menoleh ke siapapun.
"Lo gila? Apa gimana?". Dio mendorong lengan Rista pelan.Rista hanya menatap Dio sinis,, yang membuatnya langsung berdiri menuju kasir untuk memesankan Rista minuman yang dia mau.
TELAT UP LAGI YAH GAESSS
HEHHE MAAPININTINYA STAY TERUS AMA MBA RISTA YAHH
KLO CERITANYA KURANG SERU,, KOMEN AJA,, BIAR GW BISA INTROPEKSI JIWA DAN RAGA WKWK.TUNGGUIN UP SELANJUTNYA YAKK
I LOVE YOU READERSS:)