17

77 2 0
                                    

"Kamu tidak bisa menyamakan kopi dengan tebu, sesempurna apa pun kopi yang kamu buat, kopi tetap kopi, punya sisi pahit yang tidak mungkin kamu sembunyikan".

Jio menatap berseri Rista yang sedang memainkan mokapot nya dengan lihai.
"Cantik banget sihh calon nenek dari cucu cucu gua whahha".
"Gua mau tau dong, kalo kopi campur whisky atau minuman alkohol lainnya itu boleh apa bakal gak bagus buat kesehatan?". Tanya Rista menyuguhkan segelas kopi susu untuk Jio.
"Gak bagus dong. Salah satu hal yang paling berbahaya dari efek mencampur alkohol sama kafein itu penggunanya bakal mengabaikan efek keracunan alkohol. Kafein kan zat yang dapat merangsang reaksi tubuh, jadi orang yang mengonsumsinya gak terlalu merasakan efek negatif dari alkohol kayak mabuk, pusing, muntah, lemas, sama sesak napas". Jelas Jio.
"Mmm gitu yahh.. Soalnya gua pernah baca artikel resep nyampur minuman berkafein ama minuman beralkohol. Gua belom pernah nyoba,, udah lupa juga. Tapi sekarang kenal bartender kek lu yahh gua jadi inget dan pen nyoba".
"Bahaya Arista,, gak usah. Klo mau minum kopi yah kopi, whisky yah whisky". Jio mencubit pipi Rista gemas.

WAHH WAHH MBA RISTA AMA JIO MAKIN DEKET YAHH GAESS

JANGAN JANGAN??

ASTAGAAA RISTA UDAH BUKA HATI GAESSS..

EITSS TAPI JANGAN DULU..

BELOOOOM WKWK..

"Mba Rista lagi main tan". Riyan berbicara lewat telfon dari dalam bar menatap Rista yang sedang bernyanyi di panggung.

"Setelah nyanyi langsung kasih hp nya yah dek".

Suara sesegukan dari seberang sana terdengar riuh. Sedih sekali,, apa yang terjadi??

Live sebentar lagi selesai, tinggal 2 lagu namun Rista harus memberikan mic nya ke Akel untuk berbicara dengan tante nya yang sedari tadi menunggu nya lewat telfon.
Wajah Rista seketika berubah merah padam. Mata nya berkaca kaca namun tak mengeluarkan air mata. Di tengah ramai nya pengunjung cafe, tanpa banyak basa basi ia masuk ke bar memanggil Riyan dan meninggalkan Iren sendiri untuk mengurus bar malam itu.

Bisa terlihat dari dalam cafe, Rista menggerakkan mobilnya dengan terburu buru. Membuat anak anak band kaget namun harus tetap menjalankan tugasnya sampai selesai.

Dijalanan kota yang masih ramai di jam 00:14, Rista tanpa sadar mengemudikan mobilnya dengan kecepatan diatas rata rata. Untung saja Rista sudah lihai, membuat nya bisa mengendalikan setirnya dengan baik.
"Mba tenang mba,, kita mau ngelayat orang meninggal jangan sampai kita yang di tengok di rumah sakit.. Mba sadar dong mba.. Mba Rista berenti aja biar gua yang nyetir". Riyan yang panik berteriak.

Mata nya sudah memerah, namun tak ada air mata yang keluar. Ia menarik nafasnya dalam. Ia membenturkan kepala nya ke stir mobil.
"Mba jan gila lu ahh". Riyan menyentuh puncak kepala Rista menenangkannya.
"Sorry Yan".

Sekarang Rista sudah sedikit tenang, Riyan mengemudikan mobil Rista dengan kecepatan 40km/H. Sampai 2 jam perjalanan dari tempat Rista ke kampung halamannya.
Rista berdiri di depan mobilnya, di susul Riyan yang mengusap pundak Rista.

Dengan cepat ia melangkahkan kaki nya, setelah masuk teras rumah sederhana itu ia sedikit berlari untuk mempercepat tiba nya ke tempat dimana seseorang sudah di tutupi dengan kain putih. Rista terduduk di samping mayat itu. Dan akhirnya ia tumbang memeluk mayat Ami nya.

Iya,, Ami Rista. Ibu kandung nya.

Masih belum mengeluarkan air mata,, Rista mencoba tegar. Ia bangun, tersenyum hambar menatap jenazah Ami nya terbaring kaku di bawah kain. Ia membuka bagian atas kain yang menutupi kepala Ami nya, kemudian mencium kening nya dan tumbang lagi memeluk ami nya.

Tidak lama setelah Rista sampai ternyata anak anak lain juga sudah datang,, mereka berdiri di teras bersama Riyan menatap betapa pedihnya perasaan Rista saat itu.

"Ita". Panggil seorang lelaki paruh baya yang keluar dari kamar.

Rista langsung bangkit. Mata nya masih memerah namun tak juga mengeluarkan air mata,, sampai saat ia melihat ayahnya yang mata nya sudah basah. Ia berdiri,, memeluk erat ayahnya,, dan akhirnya ia tembus pada pencapaian kesedihannya. Ia menangis sejadi jadi nya di pelukan ayahnya. Suara tangisnya terdengar sesak,, kentara sekali ia menahan suara tangisnya agar tak terdengar.. Namun sekuat apapun Rista menahan,, kehilangan membuat kekuatan paling dalamnya kalah sekalah kalahnya.

Mata nya sembab,, duduk menyenderkan tubuhnya di sebelah ayahnya. Menatap jenazah ibu nya. Tidak lama kemudian Idam datang mengelus bahu Rista. Rista menoleh dengan tatapan nanar. Membelakangi ayahnya, ia kembali menangis keras dipelukan Idam.

Karena jenazah ibu nya sudah akan di mandikan dan di shalatkan, Idam menggotong tubuh Rista yang lemah masuk ke kamar.
"Udah Ta udah. Lu harus kuat, Ami udah bahagia disana yahh. Lu sayang ami kan? Udah jangan nangis lagi. Nahh tuhh ami juga nangis tuhh ngeliat lu nangis. Udah udah". Idam memeluk Rista yang sesegukan, seiring tangisnya yang dalam hujan juga turun mengguyur bumi.

Rista masih menangis. Tidak lama kemudian Riyan, Akel dan anak anak lain masuk melihat keadaan Rista. Ada Jio juga, yang menatap Rista iba, ingin sekali di hati nya untuk menggantikan posisi Idam, memeluk Rista dan mencium pucuk kepala Rista sambil menenangkannya.

"Lu diem aja liat mba Rista? Gak mau nenangin mba Rista gitu?". Akel menyenggol sikut Jio yang sedang menyender di tembok menatap Rista.
"Gak ahh,, gua gak enak sama cowoknya". Jawab Jio.
"Idam?? Dia itu sahabat nya mba Rista. Sahabatnya dari kecil, wajar aja kalo mereka sedekat itu. Santai aja, mereka cuma sahabat, gak lebih".

Idam memindahkan dengan pelan tubuh Rista yang tertidur di pangkuannya. Ia mengelus rambut sahabatnya kemudian mengecup puncak kepala nya.
"Yuk, ikut shalatin jenazahnya Ami". Ajak Idam ke anak anak.

Semua mengangguk kemudian mengikuti Idam yang berjalan keluar kamar. Hanya Jio yang tinggal menjaga Rista, dia tidak ikut shalat karena non muslim. Ia menatap Rista iba, kasian sekali gadis yang ia sayangi. Tertidur karena lelah menangisi perpisahan yang tak pernah ia inginkan.
"Gua masih ada buat lu kok Ta. Gua sayang lu dan gua bakalan terus ngejagain lu". Jio mengecup kening Rista sekilas.

Setelah di shalatkan anak anak kembali ke kamar. Jenazah ibu Rista sudah akan di makam kan. Semua keluarga masuk ke kamar memanggil nya. Namun jawabannya cuma
"Ita gak sanggup Tan. Udah cukup sampai sini aja. Ita gak mau nangis lagi".
"Yaudah, Ita istirahat aja yah. Dam jagain Ita yahh.. Adek adek kalo lapar makan yah, tinggal ambil di dapur rumah sebelah, tanya Idam aja, dia tau semua nya kok. Udah Ita jangan di ganggu yah. Suruh tidur lagi aja". Tante Rista mengecup kening Rista kemudian berlalu keluar kamar.

"Gua ambil makanan dulu. Pasti kalian laper kan?". Idam berlalu meninggalkan anak anak..

GIMANA?? DAPET GAK FEEL NYA??

JUJUR GW BERKACA KACA PAS NGETIK CERITA BAGIAN INI:'

YANG SABAR MBA RISTA:))

EHH STAY AMA MBA RISTA YAHH

TUNGGUIN UPDETAN SELANJUTNYA..

I LOVE YOU READERSS:))

MBA(RISTA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang