33

29 0 0
                                    


Suara keributan dari dalam kamar Rista subuh itu membuat anak anak terbangun. Yah, jelas sekali dari luar pintu percakapan Rista dan Jio yang sedang bertengkar hebat.

"Gua ini suami lo. Idam itu cuma sahabat lu dan lu lebih ngehargain dia dari pada gua? Anjing, bisa bisanya gua nikah sama cewek kayak lu." Teriak Jio.

"Hooh, bisa bisa nya yah. Kenapa lu gak ke pengadilan aja urus surat cerai kita?" Ucap Rista tenang, seperti nya ia sudah lelah berteriak menanggapi ucapan Jio.

Terlihat di mata Rista ada keraguan saat mengucapkan kata cerai, mata nya berkaca kaca namun air mata nya masih tetap tenang disana, tidak ada tanda ia ingin keluar.

Sejenak mereka terdiam saling menatap setelah Rista mengeluarkan kata kata menyesakkan tadi. Wajah Jio yang tadi merah padam, sesaat menjadi pucat karena kaget mendengar ucapan Rista itu.

"Silahkan! Tuan Jio, anda bisa keluar dan saya dengan senantiasa selalu menunggu surat cerai dari anda. Disini." Ucap nya menekankan nada nya saat mengucapkan kata disini.

Rista tersenyum tulus menatap Jio. Yah, terlihat tulus namun tidak dengan hati nya. Hati nya sekarang bagaikan biji kopi yang di masukkan ke dalam grinder lalu di hancurkan menjadi serbuk serbuk kecil. Jio hanya menggeleng kemudian pergi melangkahkan kaki nya dengan kasar.

.....

Saat punggung Jio sudah tidak terlihat, ia mendekati pintu untuk menutup nya. Namun, ada Idam disana. Ia tau saat ini ia sangat lemah dan membutuhkan sahabatnya. Ia menghambur di pelukan Idam, tanpa tangis. Hanya nafas yang tak beraturan dan mata yang memerah.

"Lo butuh sendiri. Tenangin diri lu dulu. Yah." Ucap Idam mengusap punggung Rista.

Rista hanya mengangguk dan menutup pintu kamar nya.

Hari ini ia tak ingin melakukan apa apa selain berfikir tentang apa yang telah ia dan Jio pertengkarkan.

Sementara itu di bawah, ternyata Jio belum pulang. Ia duduk termenung di kursi cafe. Tidak ada yang mengajak nya bicara, bahkan Riyan tidak menawarkannya minum. Yah, semua terlihat jengkel ke Jio. Hanya Idam, yang datang menyentuh lembut pundak Jio memberinya kekuatan sebagai seorang lelaki.

"Gua tau perasaan lu saat ini. Gua tau, lu lagi marah ke diri lu sendiri. Sorry Yo. Gua bukannya mau jadi perusak rumah tangga kalian kok. Rista itu sayang banget sama lu. 2 tahun pernikahan kalian itu seharusnya jadi ajang mempelajari diri masing masing. Lu harusnya udah tau Rista itu kayak gimana. Ini bukannya gua mau ngebelain Rista yah. Tapi gua disini sebagai penengah buat kalian. Bentar gua juga bakal bicara kok sama Rista. Tapi sebelum ke Rista, gua mau tau dulu perasaan lu gimana, biar gua bisa nyampein nya ke Rista dan kalian dapat jalan keluarnya. Udah lah bro. Lu gak perlu musuhin gua." Ucap Idam.

"Yah gua bingung aja sama Rista. Bisa bisanya dia lebih pengen lu ada di sampingnya di bandingkan gua. Gua tau kok gua salah, tapi emang harus kaya gitu yah?"

"Gua tau masalah kalian. Sebelum kalian cerita ke gua, gua udah baca dari percakapan kalian tadi. Ini masalah, bukan hal sepele Yo. Ini tentang keinginan yang gak bisa lo paksain. Hamil dan melahirkan bukan atas kemauan dari pihak wanita maupun lelaki, tapi berdasarkan niat dan kesiapan si wanita nya. Percuma kalau tidak ada niat dan kesiapan, yang ada lu bakal dapat penyesalan dikemudian hari." Jelas Idam tenang.

Jio hanya terdiam. Ia mencerna semua yang di katakan Idam tadi. Ada benarnya juga, tapi keinginan Jio menjadi seorang ayah juga benar bukan? Yah, ini hanya tentang ego sepasang suami istri.

Setelah berbincang sedikit dengan Idam. Jio akhirnya pulang dengan wajah tenang, entahlah bagaimana dengan perasaannya. Hanya dia yang tau.

....

2 hari Rista berdiam di cafe sementara Jio juga tetap di bar.

Malam itu, Jio datang ke cafe saat suasana cafe sudah benar benar sepi. Saat itu Rista sedang bersama Riyan di bar meracik kopi.

"Hay." Sapa Jio dari balik bar.

Rista hanya tersenyum, kemudian melepas celemeknya dan keluar dari bar langsung berjalan menuju kursi diikuti Jio.

"Aku kangen." Ucap Jio, nada nya agak gugup.

"Hmm, me to."

"Maafin aku yah. Im so sorry. Bisa gak kita gak bertengkar lagi?"

Rista hanya mengangguk. Batinnya dilema, antara rindu dan masih jengkel dengan perlakuan Jio kemarin.

"Ke kamar yuk. Istirahat." Ucap Rista berdiri dan langsung pergi.

Jio mengikuti langkah Rista menuju kamar. Sesampainya di kamar, Jio langsung memeluk Rista erat. Kemudian menciumi kening, kedua pipi dan juga bibir Rista.

"I love you Rista." Bisik Jio tepat di telinga Rista.

"I love you more."

Tanpa aba aba, Jio langsung melumat leher Rista. Bau sakura khas nya masih menempel disana. Benar benar parfum Rista ini membuat suami nya tak bisa menahan nafsu untuk segera menerkamnya.

Dan terjadi lah pergulatan di atas ranjang yang tidak bisa di pungkiri oleh siapapun lagi.

Kuat sekali Jio bisa menggoyang Rista 2 jam non stop. Yah, adegan panas yang dilakukan setelah bertengkar benar benar membuat siapa saja tidak bisa berkutip saking panasnya.

SUMPAHHHHH

PLISSSSS

READERSSS JANGAN NGACENG YAHHH WKWK

SEE YOU NEXT PART

I LOVE YOU READERSS:)

MBA(RISTA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang