Tentang semua yang ada dalam diri seorang Ananda Reno:
•Tentang kehidupan sehari-harinya.
•Tentang bagaimana dia ketika sendiri.
•Tentang apa yang sedang keluarganya alami. Bunda dan Ayah.
•Tentang masa lalu yang sering menghantuinya. Cinta dan ling...
Syukurlah, badan Reno sudah mulai enakan. Pemuda itu sekarang ini duduk di kursi ruang keluarga. Ada kedua adiknya yang tengah menonton tv.
Keringat bercucuran keluar dari dalam pori-porinya. Mungkin ini proses penurunan suhu tubuhnya untuk benar-benar kembali ke normal.
Yang ia rasakan sekarang badannya sangat sangat enteng sekali. Tidak ada nyeri atau sakit di bagian tubuhnya satupun.
"Udah mendingan?" Tanya bunda muncul dari ruang L.
"Udah, nih, liat keringetan." Tunjuk Reno pada bagian dahi serta tangannya.
Bunda bernapas lega, "Syukurlah. Suapin adik-adiknya, ya? Bunda mau nyapu belakang rumah." Pinta Bunda Sadiya yang diangguki oleh Reno.
Reno mengambil alih sepiring yang sudah bunda siapkan berisi nasi kira-kira 2 entong banyaknya, serta 2 tempe mendoan dan kuah sayur bening kesukaan Alice.
"Sini, sini, aduh ..." Ajak Reno diakhiri keluhannya yang mendadakan kepalanya seperti kesetrum.
"Sini, Alice!" Nada Reno sedikit membentak sambil memegangi kepalanya.
"Mam sama apa?" Tanya Alice menghampiri Reno.
"Kuah sama mendoan, kan?"
"Mendoan? Yeeeey, mendoan, aku suka, kak," girang anak itu.
"Iya, udah, sini, aa ..." Suapan pertama masuk ke dalam mulut gadis kecil itu.
"Hafiz yu makan, gak?" Tanya Reno pada adik pertamanya.
"Ada telur?" Jawabnya.
"Makan seadanya. Adanya ini ya dimakan ini." Tukas Reno.
Hafiz cemberut, "nggak mau," jawabnya kembali menatap layar televisi.