Tinggalkan komentar yuk. Apapun deh, hehe. Sarannya juga, ya!
☘️☘️☘️
Belum benar-benar gurunya keluar dari kelas, Naja langsung membalikkan badannya menghadap ke arah Reno.
Chan yang duduk di belakangnya menaikkan kedua alisnya.
"Ren," panggil Naja tegang.
Sungguh, sepanjang pelajaran dilangsungkan, pikiran Naja kalang kabut. Bukan, bukan memikirkan perasaan Reno saja, melainkan ayahnya juga.
"Apa?" Balas Reno, nadanya terdengar biasa saja.
"Percaya, ya, sama gue?" Bujuk Naja memohon.
"Emang lo ada bohong sama gue?" Tanya Reno.
Naja mendecak, "soal yang chat itu gue bener-bener nggak-"
"Iya, gue tau," potong Reno mengejutkan Naja.
"Kok?"
"Mbak Agis, 'kan?"
Semakin membuat Naja terheran, bagaimana bisa Reno tahu?
"Kok?"
"Tau, ah, ke kantin, yuk, Kal, Chan," ajak Reno pada Haikal dan Chan yang menyimak percakapan mereka.
Rezvan jam 9 tadi ijin pulang, karena kerabatnya ada yang meninggal. Terus Lucky udah cabut dari tadi. Mirza seperti biasa pamit salat Dhuha. Jidan nyenyak banget tidur sedari jam pelajaran terakhir.
"Ren, kok, lo tau, sih, anjir?" Naja mengikuti ketiga temannya itu.
"Nebak. Tapi bener, 'kan?"
Naja menatap Reno, menghela napasnya kemudian. "Atas nama Agis gue minta maaf, ya?"
"Nggak masalah, sih. Emang kenyataannya gitu,"
"Apanya? Gue nggak malu sama sekali, ya," Naja tidak terima.
"Bukan. Emang kenyataannya motor gue bikin malu-maluin, 'kan?"
"Eh, eh, weekend ke rumah gue, ya. Bapak lagi adain party di rumah, lo pada disuruh dateng sama nyokap gue. Dateng, ya?" Chan dengan cepat mengalihkan topik.
"Asiiiik, nih, menu makanannya apa aja, Chan?"
Reno menggebuk lengan Haikal, "ye, elu baru diundang aja langsung nanyain menu makanan."
"Lho, kita diundang Chan emang buat bantu habisin makanannya, kalo nggak gitu apalagi coba? Ya, gak, Chan?"
"Suka-suka lu, lah," Chan pasrah. "Eh, Ren, nyokap ngundang keluarga lo juga, sampein, ya? Nanti kalo emang gue sama nyokap ada waktu kami ke rumah lo."
"Keluarga kita nggak di undang juga, nih, Chan? Masa Reno doang, sih?" Naja bercanda.
Chan tertawa tak enak, "ya, gimana, ya. Nyokap gue udah kenal lama sama nyokapnya Reno, jadi mamah cuman ngundang keluarga Reno doang. Tapi nanti gue coba tanya ke nyokap, bisa apa enggak."
"Nggak, nggak, Chan, bercanda doang, anjir. Bonyok gue juga nggak ada di rumah. Jadi gue doang nggak papa."
"Jan undang, deh lebih baik. Emak gue malu-maluin kalo dateng ke acara begituan, apalagi tamunya pasti orang-orang terpandang semua. Emak gue belum lulus FB soalnya." Ucapan Haikal tersebut mengundang gelak tawa teman-temannya.
"Mulut lo belum pernah ditampar malaikat Izrail, ya, Kal? Sumpah, deh, lo jago banget kalo julidin nyokap bokap lo." Tawa Chan benar-benar meledak, keras.
"Bukan julid, tapi kenyataan,"
"Gue ingetin, lo bersikap kayak gini ke kita aja, jangan mudah percaya sama orang. Apalagi lo cerita tentang keluarga lo begini. Takut nanti orang lain malah nyebarin masalah pribadi lo yang sebenernya lo sendiri yang secara langsung nyebarin." Ucap Reno memperingati.
KAMU SEDANG MEMBACA
SATURDAY||Reno: Lee Jeno
AlteleTentang semua yang ada dalam diri seorang Ananda Reno: •Tentang kehidupan sehari-harinya. •Tentang bagaimana dia ketika sendiri. •Tentang apa yang sedang keluarganya alami. Bunda dan Ayah. •Tentang masa lalu yang sering menghantuinya. Cinta dan ling...